Indikasi untuk melakukan tindakan aktif
ditentukan berdasarkan ukuran, letak dan bentuk dari batu. Kemungkinan batu
dapat keluar spontan juga merupakan bahan pertimbangan. Batu berukuran kurang
dari 5 mm mempunyai kemungkinan keluar spontan 80%. Tindakan aktif umumnya
dianjurkan pada batu berukuran lebih dari 5 mm terutama bila disertai :1
a. Nyeri yang persisten meski dengan pemberian
medikasi yang adekuat
b. Obtruksi yang persisten dengan risiko kerusakan
ginjal
c. Adanya infeksi traktus urinarius
d. Risiko pionefrosis atau urosepsis
e. Obstruksi bilateral
Untuk praktisnya, pedoman penatalaksaan
batu ginjal ini diuraikan dalam empat
bagian, yaitu:
a. Penatalaksanaan untuk batu ginjal nonstaghorn
b. Penatalaksanaan untuk batu cetak/ staghorn
c. Penatalaksanaan batu ginjal dengan kelainan
khusus
d. Penatalaksanaan batu ginjal pada anak
Faktor penting yang juga menjadi pertimbangan adalah
ketersediaan alat, prasarana, sarana dan kemampuan ahli urologi dalam melakukan
modalitas terapi yang ada. Apa yang dicantumkan dalam pedoman ini sebagai
standar, rekomendasi ataupun opsional adalah jika alat, prasarana, sarana dan
kemampuan operator memungkinkan untuk melakukan modalitas terapi yang
disarankan.
A.1. Ukuran Batu < 20 mm
1. Latar Belakang
Beberapa
modalitas terapi dapat digunakan untuk penatalaksanaan batu ginjal < 20 mm, yaitu:1
- Extracorporeal shock wave lithotripsy (ESWL)
- Percutaneus nephrolithotomy (PNL)
- Operasi terbuka
- Kemolisis oral
2. Analisis keluaran
a. Stone free rate
Secara umum, yang dimaksud dengan stone
free rate adalah persentase pasien tanpa sisa batu pasca prosedur. Khusus untuk ESWL,
pengertian stone free rate ini bisa
berupa tidak adanya sisa batu ataupun adanya sisa/ fragmen batu
yang tidak signifikan secara klinis (clinically
insignificant fragment = CIRF). Belum
ada keseragaman dalam menentukan CIRF sampai saat ini, secara umum
literatur menggunakan pada sisa/ fragmen berukuran kurang 2-5 mm, tidak ada
infeksi saluran kemih dan tidak ada keluhan pada pasien yang dievaluasi tiga
bulan setelah penembakan.2-4
ESWL
merupakan metode yang efektif untuk penanganan batu ginjal < 20 mm.5
Batu dengan ukuran < 10 mm mempunyai stone
free rate 84% (64%-92%) dan batu berukuran 10-20 mm mempunyai stone free rate 77% (59%-81%).6
Komposisi batu berpengaruh terhadap keberhasilan ESWL. Batu dengan komposisi
asam urat dan kalsium oksalat dihidrat memiliki koefisien fragmentasi yang
baik, sementara batu kalsium oksalat monohidrat dan batu sistin lebih sulit
mengalami fragmentasi. Stone free rate
untuk kalsium oksalat monohidrat 38-81%
sedangkan untuk batu sistin 60-63%. Jika berukuran < 15 mm, stone free rate batu sistin masih 71%,
sedangkan jika sudah > 20 mm, stone
free rate menjadi hanya 40%. Adanya hidronefrosis dan adanya infeksi ginjal
juga mempengaruhi hasil ESWL. Persentase keberhasilan ESWL pada ginjal tanpa
hidronefrosis 83%, turun menjadi 50% pada hidronefrosis derajat sedang dan
sangat rendah pada hidronefrosis yang berat. Karenanya, dianjurkan untuk
dilakukan nefrostomi dan pemberian antibiotik selama 3-5 hari sebelum ESWL pada
kasus batu ginjal dengan hidronefrosis.5-7
PNL
mempunyai efektivitas yang sama baiknya dengan ESWL untuk batu ginjal < 20
mm. Namun, PNL merupakan prosedur yang lebih invasif dibanding ESWL. Karena
itu, ESWL lebih direkomendasikan daripada PNL untuk batu < 20 mm, kecuali
pada kasus khusus, seperti batu pada kaliks inferior dengan infundibulum yang
panjang dan sudut infundibulopelvis yang tajam ataupun pada kaliks yang
obstruktif. Stone free rate pada
kasus ini dengan ESWL kurang dari 50%. Pada batu berukuran 10-20 mm yang
terletak di kaliks inferior, perbandingan stone
free rate antara ESWL dan PNL adalah 57% : 73%.8-10
Kemolisis
oral dianjurkan untuk batu dengan komposisi asam urat. Caranya adalah dengan
asupan cairan yang banyak ( lebih dari 2000 ml/ 24 jam), alkalinisasi urin
(kalium sitrat 3 x 6-10 mmol, natrium kalium sitrat 3 x 9-18 mmol dan natrium
bikarbonat 3 x 500 mg). Jika dijumpai hiperurikosuria (>1000 mg/ hari)
dengan hiperurisemia diberikan allopurinol 300 mg/ hari. Penyesuaian dosis
dilakukan pada pasien dengan insufisiensi ginjal.11-13
b. Jumlah prosedur
Jumlah
prosedur harus dipisahkan antara prosedur sekunder dan
prosedur tambahan. Prosedur sekunder merupakan prosedur yang merupakan
bagian dari prosedur untuk pengangkatan batu, sedangkan prosedur tambahan adalah
prosedur untuk mengatasi komplikasi dan prosedur insidental untuk pengangkatan
batu (seperti insersi atau pengangkatan stent).
Sayangnya, pada sebagian besar penelitian tidak disebutkan/ dibedakan antara
prosedur sekunder dan prosedur tambahan ini.
Prosedur
sekunder pada ESWL untuk batu ukuran < 20 mm terjadi pada 7,4% kasus
sedangkan pada PNL pada 6,9% kasus.
Prosedur tambahan pada ESWL dijumpai pada 11,3% kasus dibandingkan 1,2% pada
PNL.2
Jenis
batu berkaitan dengan jumlah ESWL yang diperlukan. Pada batu kalsium oksalat
monohidrat, perlunya penembakan tambahan terjadi pada 10,3% kasus, pada batu
struvit 6,4% sedangkan batu kalsium oksalat dihidrat 2,8%.
Banyaknya
ESWL sebaiknya tidak lebih dari 3-5 kali (tergantung dari jenis
lithotiptornya). Jika perlu dilakukan pengulangan, tidak ada standar baku
lamanya interval antar penembakan. Namun biasanya hal ini disesuaikan dengan
jenis lithotriptornya: pada mesin ESWL elektrohidrolik, interval waktu minimal
4-5 hari sedangkan pada piezoelektrik bisa lebih singkat (2 hari). Maksimal
gelombang kejut yang diberikan setiap penembakan juga disesuaikan dengan jenis
mesin ESWL, pada jenis elektrohidrolik sebaiknya tidak melebihi 3500, sedangkan
pada piezoelektrik sebaiknya tidak melebihi 5000.14
3. Pedoman pilihan
terapi
Jika alat, prasarana, dan sarana lengkap
dan kemampuan operator memungkinkan untuk melaksanakan seluruh modalitas terapi
yang ada, maka berikut adalah pedoman prosedur yang dianjurkan:
1. ESWL monoterapi
2. PNL untuk kaliks inferior ukuran 10 – 20 mm
3. Operasi terbuka
4. Kemolisis oral untuk batu asam urat murni
A.2.
Ukuran Batu > 20 mm
1. Latar
Belakang
Beberapa
modalitas terapi dapat digunakan untuk penatalaksanaan batu ginjal > 20 mm,
yaitu:
- ESWL ± pemasangan stent
- PNL
- Terapi kombinasi
(PNL + ESWL)
- RIRS atau
laparoskopi
- Operasi terbuka
- Kemolisis oral
2. Analisis
keluaran
a. Stone free
rate
Secara keseluruhan, stone free
rate untuk batu 20-30 mm dengan ESWL lebih rendah dibandingkan pada batu
< 20 mm (rentang 33%-65%). Stone
free rate PNL pada batu berukuran 20-30 mm mencapai 90%. Beberapa faktor
menjadi pertimbangan dalam pemilihan ESWL untuk batu berukuran > 20 mm:
- Lokasi batu
Batu yang terletak di
kaliks inferior mempunyai stone free rate
yang rendah dibanding batu yang terdapat di lokasi lain, stone free rate paling tinggi dijumpai pada batu di pielum. PNL
merupakan pilihan pada batu di kaliks inferior yang berukuran > 15 mm.2,15-17
- Total stone burden
Tidak ada batasan yang pasti mengenai
ukuran batu tetapi ukuran 40 x 30 mm
dapat dipakai sebagai pedoman. Monoterapi ESWL (dengan pemasangan stent)
mempunyai stone free rate 85% jika
batu berukuran < 40 x 30 mm setelah 3 bulan penembakan. Angka ini turun
menjadi 43% pada batu berukuran > 40 x 30 mm. Dengan terapi kombinasi (PNL
dan ESWL), stone free rate mencapai
71%-96% pada batu > 40 x 30 mm, dengan morbiditas dan komplikasi yang kecil.
Keberhasilan lebih tinggi jika ESWL dilakukan setelah PNL.2,18
- Kondisi ginjal kontralateral
Jika kondisi ginjal kontralateral yang
buruk atau pada ginjal soliter, ESWL
monoterapi merupakan alternatif pertama karena efeknya yang lebih ringan
dibanding terapi PNL atau kombinasi.19
- Komposisi dan kekerasan batu
ESWL memberikan hasil yang cukup baik
pada batu kalsium atau struvite. Sekitar 1% batu mengandung sistin, tiga
perempatnya berukuran kurang dari 25 mm. Batu sistin besar memerlukan
penembakan tambahan hingga 66% kasus. Pada batu sistin, khususnya yang
berukuran > 15 mm, terapi dengan PNL atau kombinasi PNL dan ESWL lebih efektif
ketimbang ESWL yang berulang kali.20,21
Kemolisis oral merupakan terapi lini
pertama untuk batu asam urat. Pada batu yang besar, disolusi dapat dipercepat
dengan ESWL. Stone free rate pada
batu asam urat besar dengan ESWL dan kemolisis oral dapat mencapai hingga 85%.2
Peran
laparoskopi dalam penanganan batu ginjal > 20 mm masih bersifat
eksperimental.
b. Jumlah prosedur
Prosedur
sekunder pada ESWL untuk batu ukuran > 20 mm terjadi pada 33,1% kasus
sedangkan pada PNL pada 26,1% kasus.
Prosedur tambahan pada ESWL dijumpai pada 28,7% kasus dibandingkan 4,3% pada
PNL. Pada batu kaliks inferior berukuran > 10 mm, angka terapi ulang dan
prosedur tambahan pada ESWL (16% dan 14%) lebih tinggi dibanding PNL (9% dan
2%).2
3. Pedoman pilihan terapi
Jika alat, prasarana, dan sarana
lengkap dan kemampuan operator memungkinkan untuk melaksanakan seluruh
modalitas terapi yang ada, maka berikut adalah prioritas pilihan prosedur yang
dianjurkan:
1. PNL atau ESWL (dengan atau tanpa pemasangan DJ
stent)
2. Operasi terbuka
0 comments:
Post a Comment