Kemampuan berbahasa reseptif lisan dapat diartikan sebagai kesanggupan/kebisaan dalam melaksanakan aktivitas penggunaan alat pendengaran secara sengaja yang bertujuan untuk memperoleh pesan atau makna dari apa yang disimak. Atau suatu proses kegiatan mendengarkan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interprestasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang terkandung di dalamnya. (Soedjiatno, 1982:5, Tarigan, 1991:3-4).
Jenis Kemampuan Berbahasa Reseptif Lisan
1. Menyimak Ekstensif
Adalah sejenis kegiatan menyimak mengenai hal-hal yang lebih umum dan lebih bebas terhadap suatu ujaran, tidak perlu di bawah bimbingan langsung dari seorang guru (Tarigan, 1987:35-36).
Penggunaan yang paling dasar adalah untuk menangkap atau mengingat kembali bahan yang telah dikenal atau diketahui dalam suatu lingkungan baru dengan cara baru. Keuntungan mengingatkan bahan lama kepada para siswa, bahwa mereka melihat hal itu secara wajar dalam lingkungan yang asli dan alamiah, bukan hanya sekedar dalam hubungan kelas, tempat pertama kali disajikan secara formal. Yang termasuk kelompok menyimak ekstensif sebagai berikut.
Menyimak sosial
Menyimak Sosial (social listening) atau menyimak konversasional (conversational listening) ataupun menyimak sopan (courtreous listening) biasanya berlangsung dalam situasi-situasi sosial tempat orang-orang mengobrol atau bercengkrama mengenai hal-hal yang menarik perhatian semua orang yang hadir dan saling mendengarkan satu sama lain untuk membuat responsi-responsi yang wajar, mengikuti hal-hal yang menarik, dan memperlihatkan perhatian yang wajar terhadap apa-apa yang dikemukakan (Dawson dalam Tarigan,1987:37).
Menyimak sekunder
Tarigan (1987:38) menyatakan bahwa “menyimak sekunder (secondary listening) adalah sejenis kegiatan menyimak secara kebetulan (casual listening) dan secara ekstensif (extensive listening).” Menyimak ini lebih bersifat umum tanpa ada bimbingan. Apa yang didengar oleh penyimak bukan menjadi tujuan utama.
Menyimak estetik
Menyimak estetik (aesthetic listening) atau menyimak apresiatif (appreciational listening) adalah fase terakhir dari kegiatan menyimak kebetulan dan termasuk ke dalam menyimak ekstensif (Tarigan, 1987:38). Menyimak estetik mencakup menyimak musik, puisi, menikmati cerita, teka-teki yang dapat mengapresiasikan terhadap suatu hal tertentu. Menyimak estetik bertujuan untuk siswa agar dapat menyimak musik, puisi, dan drama, sehingga dapat menikmati dan mengapresiasikan cerita-ceritanya dalam lakon-lakon yang dibacakan atau diceritakan oleh guru atau siswa.
Menyimak pasif
Menyimak pasif (passive listening) adalah penyerapan suatu ajaran tanpa upaya sadar yang biasanya menandai upaya-upaya pada saat belajar dengan kurang teliti, tergesa-gesa, menghapal luar kepala, berlatih santai, serta menguasai sesuatu bahasa.
2. Menyimak Intensif
Tarigan (1987:40) menyatakan bahwa “menyimak intensif diarahkan pada suatu kegiatan yang jauh lebih diawasi, dikontrol terhadap satu hal tertentu.”
Menyimak intensif ini dibagi dalam beberapa jenis, yaitu :
Menyimak kritis
Menyimak kritis (critical listening) adalah sejenis kegiatan menyimak untuk mencari kesalahan atau kekeliruan bahkan juga butir-butir yang baik dan benar dari ujaran seorang pembicara, dengan alasan-alasan yang kuat yang dapat diterima oleh akal sehat (Tarigan, 1987:42).
Menyimak kritis lebih cendrung meneliti letak kekurangan dan kekeliruan dalam pembicaraan seseorang karena dalam menyimak secara kritis, segala ucapan atau informasi lisan yang disimak untuk memproleh suatu kebenaran.
Menyimak konsertratif
Menyimak konsentratif (concentrative listening) sering juga disebut a study-type listening atau menyimak yang merupakan sejenis telaah. Kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam menyimak konsentratif ini adalah:
- Mengikuti petunjuk yang terdapat dalam pembicaraan.
- Mencari dan merasakan hubungan-hubungan seperti kelas, tempat, kualitas, waktu, urutan serta sebab-akibat.
- Mendapatkan atau memperoleh butir-butir informasi tertentu.
- Memperoleh pemahaman dan pengertian yang mendalam.
- Merasakan serta menghayati ide-ide sang pembicara, sasaran maupun pengorganisasiannya.
- Memahami urutan ide-ide sang pembicara.
- Mencari dan mencatat fakta-fakta penting (Anderson dan Dawson dalam Tarigan, 1987: 45).
Menyimak kreatif
Menyimak kreatif (creative listening) merupakan kegiatan menyimak yang dapat mengakibatkan kesenangan rekonstruksi imajinatif para penyimak terhadap bunyi, penglihatan, gerakan, serta perasaan-perasaan yang menggambarkan keindahan yang dirangsang oleh apa-apa yang disimaknya (Dawson dalam Tarigan, 1987: 46).
Menyimak eksplorasif
Tarigan (1987:47) menyatakan bahwa menyimak eksplorasif (exploratory listening) adalah sejenis kegiatan menyimak intensif dengan maksud dan tujuan menyelidiki sesuatu lebih terarah dan lebih sempit. Dalam menyimak seperti ini sang penyimak menyiagakan perhatiannya untuk menjalani serta menemukan hal-hal yang menarik sebagai informasi tambahan mengenai suatu topik.
Menyimak introgatif
Tarigan menyatakan pengertian mengenai menyimak interogatif sebagai berikut. Menyimak introgatif (interrogative listening) adalah sejenis kegiatan menyimak intensif yang menuntut lebih banyak konsentrasi dan seleksi, pemusatan perhatian dan pemilihan butir-butir dari ujaran sang pembicara, karena sang penyimak akan mengajukan banyak pertanyaan (1987:48). Dalam kegiatan menyimak interogatif ini sang penyimak mempersempit serta mengarahkan perhatiannya pada pemerolehan informasi dengan cara mengintrogasi atau menanyai sang pembicara.
Menyimak selektif
Merdhana (1987:32) menyatakan bahwa menyimak selektif (selective listening) adalah menyimak suatu wacana yang disertai dengan seleksi tertentu terhadap kebahasaannya di samping terhadap isi pesan itu. Dalam menyimak selektif penyimak mungkin berhadapan dengan pesan-pesan yang tidak perlu.
0 comments:
Post a Comment