Indonesia Diambang Kehancuran Ulah Jokowi

APA daya, melihat negeriku semakin terbenam dalam gelap, diriku tetap tak kuasa memberi penerang, walau hanya dengan menghidupkan sebuah lilin.

Maafkan diriku, wahai negeriku Indonesia Raya…nyatanya saya mungkin hanya banyak bicara. Belum bisa memberi banyak karya. Ucapan dan tulisan belum lagi bisa menciptakan perubahan. Apalah saya…yang mungkin memang benar hanya bisa berucap, tanpa mampu memberi kerja nyata.

Negeriku Indonesia…
Beribu pahlawan telah dilahirkan, ribuan pejuang telah menjadi awal bangkitnya sebuah harapan dan ribuan nilai keteladanan telah dihamparkan. Jejak yang mereka tinggalkan menancapkan pondasi untuk membangun peradaban yang lebih baik.

Namun, sebagian kami dan termasuk saya yang hidup di hari ini, telah meninggalkan apa yang pernah diajarkan. Melupakan segala yang pernah mereka perjuangkan.

Kepala kami kini hanyalah dipenuhi oleh perbedaan bukan lagi oleh kemerdekaan yang berujung pada persaudaraan.

Kami punya pemimpin, tapi sepertinya negeri ini tengah berjalan tanpa ada sesuatu nilai yang bernama kepemimpinan.

Kami punya aparat yang menjadi pelindung rakyat, namun seringnya, mereka hanya berpihak pada yang kuat. Walau rakyat kadang dipukul, tapi mereka masih mau membelikan aparat sebuah tameng dan senjata. Tapi khianat yang malah akhirnya diterima oleh rakyat.

Indonesiaku tercinta…
Maafkan jika kini kami jatuh melarat. Rakyat yang tak kuat telah melarat dalam harta dan juga keteladanan.

Maafkan kami Indonesiaku…Jika di tanah yang subur ini, nenek-nenek kami terpaksa mencuri singkong atau buah kakao. Mereka bukanlah cukong pengeruk hasil bumi negeri yang kaya ini, tapi hanya sekadar memungut sedikit dari atas tanah yang mereka diami.

Maafkan kami Indonesia, jika ada saudara kami yang mengambil sandal jepit aparat hingga berakhir pada hukuman. Mereka bukanlah begal, namun hanya sekadar ingin tahu, bagaimana rasanya melangkahkan kaki dengan menggunakan alas.

Maafkan kami Indonesia negeri tercinta…
Semoga kami menjadi rakyat yang tetap kuat. Menjadi rakyat yang semakin mengeratkan tali persaudaraan. Hingga memungkinkan kami tak kehilangan harapan.

Boleh saja kami kekurangan makanan dan minuman. Namun kami tak boleh kehilangan harapan. Harapan untuk menengadahkan tangan dalam rintihan doa pada Sang Penguasa Alam.

Semoga harapan yang kami panjatkan…akan menjadi kebaikan bagimu Indonesia, negeri yang kami cinta


0 comments:

Post a Comment