Hakikat Pembinaan Akhlak Tasawuf

Pada hakekatnya, pembinaan akhlak tasawuf lebih merupakan pembinaan akhlak yang dilakukan seseorang atas dirinya sendiri dengan tujuan jiwanya bersih dan perilakunya terkontrol. Dalam dunia tasawuf istilah pendidikan diri sendiri dapat dikenal dengan istilah Tazkiyat al-Nafs, Tarbiyah al-Dzatiyah dan Halaqah Tarbawiyah.

a. TAZKIYAH NAFS

1) Hakekat Tazkiyah al-Nafs


Pembersihan jiwa dari kotoran-kotoran penyakit hati seperti sifat basud, kibir, ujub, riya’, sum’ ah, thama, rakus, serakah, bohong, tidak amanah, nifaq, syirik dan lain sebagainya merupakan salah satu misi utama para Rasul Allah. Ada beberapa ayat al-Qur’an yang menunjukkan atas misi tersebut.

Jelas bahwa tazkiyat al-nafs termasuk misi para Rasul, sasaran orang-orang yang bertaqwa, dan menentukan keselamatan atau kecelakaan disisi Allah. Tazkiyah secara etimologis punya dua makna: penyucian dan pertumbuhan. Demikian pula maknanya secara istilah. Zakatun nafsi artinya penyucian (tathabur) jiwa dari segala penyakit dan cacat, merealisikan (tahaquq) berbagai maqam padanya, dan menjadikan asma’ dan sifat Allah sebagai akhlaknya (takbaluq). Dengan demikian tazkiyah adalah tathahur, tahaquq dan takhaluq.

2) Sarana Tazkiyyah

Yang dimaksud dengan sarana tazkiyah ialah berbagai amal perbuatan yang mempengaruhi jiwa secara langsung dengan menyembuhkannya dari penyakit, membebaskannya dari “tawanan”, atau merealisasikan akhlak padanya. Semua hal ini bisa terhimpun dalam suatu amal perbuatan.

Ada beberapa sarana dalam tazkiyah yaitu:

a) Shalat

b) Zakat dan Infaq

c) Puasa

d) Dzikir dan Pikir

e) Mengingat Kematian

f) Amar Ma’ruf Nahi Munkar


3) Tujuan Tazkiyat Al-Nafs

Tujuan dari upaya pembersihan diri ini akan terlaksana apabila telah melampai beberapa tahap. Tahapan ini merupakan sarana yang tepat sebagai upaya pelaksanaan tazkiyah al-nafs. Tahapan-tahapan tersebut adalah:

a) Tathahhur (Upaya mensucikan diri)

Usaha seseorang untuk dapat memulai tazkiyat al-nafs adalah melalui tathahur. Upaya ini diawali dengan taubat dan berjanji tidak akan mengulangi lagi segala perbuatan yang bisa mengotori jiwa atau hati.

b) Takhallaq (upaya menghiasi diri dengan akhlak al-karimah)

Setelah seseorang berusaha mensucikan diri dari perbuatan-perbuatan kotor pada jiwanya, maka ia harus berupaya mengisinya dengan perbuatan-perbuatan mulia (akhlak mulia). Dengan cara ini jiwa atau seseorang akan terhiasi perilaku-perilaku baik yang pada akhirnya perlu perwujudan dalam perilaku.

c) Tahaqquq (Upaya merealisasikan kedudukan-kedudukan mulia atau biasa disebut Maqamatul Qulub)

Upaya ini merupakan puncak dari proses tazkiyatal-nafs, karena takhalluq merupakan cara dan jalan bagaimana seorang muslim dapat berada sedekat mungkin dengan Allah Swt sehingga ia akan memperoleh kedudukan yang mulia disisi-Nya.


4) Buah Tazkiyyatun Nafs

Aktifitas-Aktifitas tazkiyah yang dapat mencontoh Rasulullah saw ini dapat menghasilkan buah-buah ‘amaliyah, buah-buah ini disebut Tsamaratut-Tazkiyyah, yaitu:

a. Dhabtul-Lisan (Lisan yang terkontrol)

Rasulullah menjadikan lurusnya lisan sebagai syarat bagi lurusnya hari, dan menjadikan lurusnya hari sebagai syarat lurusnya iman.

Apabila perintah Rasulullah ini dikksanakan maka akan dapat memetik buah dari tazkiyah, yaitu seorang muslim dapat mengontrol lisannya sehingga ia akan senantiasa terjaga lisannya dari perkatan yang tidak baik.

b. Iltizam Bi Adabil ‘Ilaqat (Komitmen dengan adab-adab pergaulan)

Ada 4 (empat) macam klasifikasi manusia dalam pergaulan, yaitu:

  1. Segolongan orang yang bergaul dengan mereka ibarat mengkonsumsi makanan yang bergizi. Ia dibutuhkan siang dan malam. Jika seseorang telah menyelesaikan keperluannya ia ditinggal, dan jika diperlukan lagi ia didatangi, demikian seterusnya. Mereka adalah para ularna, ahli ma’rifatullah, memahami perintah-perintahNya, mengerti tipu daya musuh-musuhNya, dan memiliki ilmu tentang penyakit-penyakit hati serta obatnya. Mereka adalah orang-orang yang setia kepada Allah, KitabNya, rasulNya, dan seluruh makhluk. Bergaul dengan mereka adalah keberuntungan yang nyata.
  2. Segolongan orang yang bergaul dengan mereka ibarat mengkonsumsi obat. Ia dibutuhkan dikala sakit, selama sehat tidak diperlukan pergaulan dengan mereka. Mereka adalah para profesional dalam urusan muamalat, bisnis dan yang semisalnya. Bergaul dengan orang-orang seperti ini dapat membawa urusan ma’siyah menjadi lancar.
  3. Segolongan orang yang bergaul dengan mereka ibarat mengkonsumsi penyakit. Ada penyakit ganas yang memakan waktu lama untuk disembuhkan. Orang yang semacam ini tidak membawa keuntungan dunia ataupun akhirat.
  4. Segolongan orang yang bergaul dengan mereka adalah kebinasaan total. Mereka ibarat racun. Jika seseorang tidak sengaja memakannya itupun sudah suatu kerugian. Golongan ini banyak sekali, mereka adalah ahli bid’ah dan kesesatan, penghalang sunnah Rasulullah penyeru kepada perselisihan. Bergaul dengan mereka juga membawa kerugian dunia dan akhirat.

Dengan tazkiyah ini seorang muslim dapat menentukan batasan-batasan dalam pergaulan, dimana ia bisa menempatkan diri dalam golongan pergaulan yang membawa keselamatan dunia dan akhirat.


0 comments:

Post a Comment