Pada umumnya kesehatan tenaga pekerja sangat mempengaruhi perkembangan ekonomi dan pembangunan nasional. Hal ini dapat dilihat pada negara-negara lain yang sudah lebih dahulu maju. Secara umum bahwa kesehatan dan lingkungan dapat mempengaruhi pembangunan ekonomi.
Dengan makin meningkatnya perkembangan industri dan perubahan secara global dibidang pembangunan secara umum di dunia, Indonesia juga tak mau ketinggalan dengan melakukan perubahan-perubahan dalam pembangunan baik dalam bidang teknologi maupun industri. Memasuki Abad 21, Indonesia telah mencanangkan era industrialisasi.(1) Perkembangan di sektor industri tersebut, menuntut dukungan penggunaan teknologi maju dan peralatan modern, yang antara lain juga membawa konsekwensi digunakannya berbagai bahan kimia dalam proses produksi.(2)
Penggunaan teknologi dan peralatan modern tersebut disatu pihak dapat memberikan kemudahan dalam proses produksi dan meningkatkan produktivitas serta dampak positif terhadap kesehatan, seperti meningkatnya penghasilan pekerja, kondisi tempat tinggal yang lebih baik dan peningkatan pelayanan. Namun di lain pihak penggunaan teknologi maju cenderung untuk menimbulkan risiko bahaya kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang lebih besar, baik di tempat kerja maupun di masyarakat pada umumnya. Dengan kata lain, adanya perubahan kearah industrialisasi tersebut dapat menyebabkan perubahan pola penyakit yang berhubungan dengan dengan pekerjaan(1,2)
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit akibat kerja, namun dalam penelitian ini hanya akan dibahas mengenai faktor fisiologi atau ergonomi.
Ergonomi yang merupakan pendekatan multi dan interdisiplin yang berupaya menserasikan alat, cara dan lingkungan kerja terhadap kemampuan dan kebolehan dan batasan tenaga kerja sehingga tercipta kondisi kerja yang sehat, selamat, aman, nyaman, dan efisien. (3) Penerapan ergonomi di berbagai sektor pembangunan telah terbukti tidak hanya mampu meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja, tetapi juga mencegah timbulnya dampak negatif seperti kelelahan, keluhan muskuloskeletal, kecelakanaan kerja serta penyakit akibat kerja.(4)
Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan sakit, nyeri, pegal-pegal dan lainnya pada sistem otot (muskuloskeletal) seperti tendon, pembuluh darah, sendi, tulang, syaraf dan lainnya yang disebabkan oleh aktivitas kerja. Keluhan muskuloskeletal sering juga dinamakan MSD (Musculoskeletal Disorder). Keluhan MSD yang sering timbul pada pekerja industri adalah nyeri punggung, nyeri leher, nyeri pada pergelangan tangan, siku dan kaki. Ada 4 faktor yang dapat meningkatkan timbulnya MSD yaitu posture yang tidak alamiah, tenaga yang berlebihan, pengulangan berkali-kali, dan lamanya waktu kerja (OHSCOs, 2007). Tingkat MSD dari yang paling ringan hingga yang berat akan menggangu konsentrasi dalam bekerja, menimbulkan kelelahan dan pada akhirnya akan menurunkan produktivitas.(5)
MSD diperkirakan merupakan penyebab utama penderitaan manusia, pengurangan produktivitas dan beban ekonomi dalam masyarakat. Di Ontario, Kanada, meskipun data yang didapatkan sangat terbatas, namun oleh Workplace Safety and Insurance Board (WSIB) menyatakan bahwa MSD merupakan penyebab utama hilangnya waktu bekerja, menyebabkan ribuan pekerja menderita sakit setiap tahunnya dan kerugian ratusan juta dollar karena ketidakhadiran dan pengurangan produksi.(6) Di Kolombia lebih dari separuh penyakit akibat kerja disebabkan karena MSD. Suatu survey yang dilakukan oleh Simon Fraser University and the United Food and Commercial Workers mengidikasikan 30% pekerja kasar menderita MSD.(7)
Di indonesia, dalam menghadapi penyakit akibat kerja, Pemerintah Indonesia melalui Dinas Kesehatan telah menerapkan Prinsip Dasar Keselamatan Kerja yang tertuang dalam UU Kesehatan Tahun 1992 Pasal 23 tentang Upaya Kesehatan Kerja.(8) Meskipun demikian masih sering ditemukan penyakit ekibat kerja di masyarakat, secara khusus MSD yang disebabkan karena pelaksanaan kerja yang tidak ergonomis. Tentu saja hal ini tidak hanya mengakibatkan penderitaan bagi para pekerja tetapi juga menimbulkan kerugian bagi pihak perusahaan itu dan menghambat pertumbuhan industri dalam negeri.
Dengan melihat fakta tersebut di atas, penulis memandang penting untuk meneliti gambaran keluhan muskuloskeletal (Musculoskeletal Disorder) pada tenaga karyawan (kasir, pramuniaga dan staf area) swalayan pada Hypermart Makassar.
0 comments:
Post a Comment