Permasalahan Pendidikan Karakter

A. Permasalahan Pendidikan Karakter Indonesia : 

Definisi Karakter : Banyak definisi yang diberikan untuk istilah ini antara lain Synonyms: 1. Character, individuality, personality refer to the sum of the characteristics possessed by a person. Character refers esp. to moral qualities, ethical standards, principles, and the like: a man of sterling character. Individuality refers to the distinctive qualities that make one recognizable as a person differentiated from others: a woman of strong individuality. Personality refers particularly to the combination of outer and inner characteristics that determine the impression that a person makes upon others: a child of vivid or pleasing personality (Dictionary.com Unabridged. Based on the Random House Dictionary, © Random House, Inc. 2009.), 2. Etymology: Middle English caracter, from Latin character mark, distinctive quality, from Greek charaktēr, from charassein to scratch, engrave; perhaps akin to Lithuanian žerti to scratch. 3. a : one of the attributes or features that make up and distinguish an individual b (1) : a feature used to separate distinguishable things into categories; also : a group or kind so separated <advertising of a very primitive character> (2) : the detectable expression of the action of a gene or group of genes (3) : the aggregate of distinctive qualities characteristic of a breed, strain, or type <a wine of great character> c : the complex of mental and ethical traits marking and often individualizing a person, group, or nation <the character of the American people> d : main or essential nature especially as strongly marked and serving to distinguish <excess sewage gradually changed the character of the lake> 

Salah satu definisi yang disebutkan oleh Hill (2002) adalah : 

“Character determines someone’s private thoughts and someone’s actions done. Good characteris the inward motivation to do what is right, according to the highest standard of behaviour, in every situation”. 

Pendidikan karakter mengajarkan kebiasaan cara berpikir dan perilaku yang membantu individu untuk hidup dan bekerja bersama sebagai keluarga, masyarakat, dan bernegara dan membantu mereka untuk membuat keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan. 

Beberapa permasalahan pendidikan karakter di Indonesia dapat diuraikan sebagai berikut : 
  1. Fungsi pendidikan yang diamanatkan UU 20 Th 2003 tentang Sisdiknas yaitu pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, tidak terimplementasikan dalam kurikulum secara integratif. Mata pelajaran dalam pelaksanaannya hanya bertanggungjawab terhadap inti mata pelajaran itu sendiri. Misal mata pelajaran fisika kompetensi kognitifnya lebih diutamakan sedangkan aspek lain jarang atau bahkan diabaikan. Pelajaran lain juga serupa, kecuali pelajaran Agama, dan pelajaran Moral Pancasila yang dianggap masih memiliki banyak muatan yang mengarah pada pembentukan karakter siswa. Begitu pula dengan tujuan pendidikan nasional yang bangunannya tersusun capaian tujuan institusional, kurikuler, dan atas kompetensi dasar dari berbagai mata pelajaran masih belum menunjukkan hasil yang diharapkan. Perilaku siswa di sekolah dan lulusan di masyarakat belum secara kuat menunjukkan hasil pendidikan yang bermutu. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 
  2. Masih belum mantapnya budaya nasional yang secara konseptual dapat diaplikasikan secara merata pada seluruh lapisan masyarakat menyebabkan manusia Indonesia kurang memiliki karakter yang kuat. Hal ini disebabkan Indonesia merupakan negara yang terbentuk dari multikultur, multi etnik, multi agama, multi bahasa, dan ragam kekhasan lokal lainnya. Endang Poerwanti (2004) menjelaskan bahwa Nilai budaya yang berkembang dalam suatu masyarakat, akan selalu berakar dari kearifan tradisional yang muncul dan berkembang sejalan dengan perkembangan masyarakat itu sendiri, kemajemukan masyarakat Indonesia dengan ciri keragaman budayanya tidak bisa secara otomatis terintegrasi menjadi kebudayaan Nasional, yang sama mantapnya dengan setiap sistem adat yang ada, karena kebudayaan Nasional tersebut baru pada taraf pembentukan. Dengan berpijak pada pemahaman tersebut, nampak bahwa kebijakan pendidikan yang sentralistik menjadi tidak relevan. Strategi pendidikan yang berbasis budaya, dapat menjadi pilihan karena pendidikan berbasis adat tidak akan melepaskan diri dari prinsip bahwa manusia adalah faktor utama, sehingga manusia harus selalu merupakan sobyek sekaligus tujuan dalam setiap langkah dan upaya perubahan. Nilai-nilai budaya tradisional dapat terinternalisasi dalam proses pendidikan baik di lingkungan keluarga, pendidikan formal maupun non formal. Khususnya pendidikan di sekolah diperlukan adanya paradigma baru yang dapat menyajikan model & strategi pembelajaran yang dapat menseimbangkan proses homonisasi dan humanisasi. Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tampaknya cukup mengakomodasi keinginan di atas. Namun dalam pelaksanaannya juga masih belum mencapai sasaran yang diharapkan. 
  3. Program pendidikan, termasuk penataran P4 yang harapannya dapat memperkuat karakter manusia Indonesia tidak mencapai sasarannya. Bahkan ada yang mengatakan “makin tinggi pola penataran P4 yang diikuti seseorang makin lemah karakter nasionalismenya”. Termasuk pula pendidikan Pramuka yang pada awalnya lebih menunjukkan hasil pembentukan karakter yang kuat pada anggotanya, kini pendidikan Pramuka hanya sebagai kegiatan ekstrakurikuler yang bersifat pilihan. 
  4. Beberapa permasalahan terkait rendahnya karakter siswa (mahasiswa) dikemukan antara lain oleh Wanda Crisiana (2007) yang menemukan tiga dari enam karakter yang lemah pada mahasiswa Teknik Industri UK Petra Surabaya yaitu caring, respect, dan citizenship. 
Enam jenis karakter berdasar The Six Pillars of Character yang dikeluarkan oleh Character Counts Coalition ( a project of The Joseph Institute of Ethics) adalah sebagai berikut: 
  • Trustworthiness, bentuk karakter yang membuat seseorang menjadi: berintegritas, jujur, dan loyal 
  • Fairness, bentuk karakter yang membuat seseorang memiliki pemikiran terbuka serta tidak suka memanfaatkan orang lain. 
  • Caring, bentuk karakter yang membuat seseorang memiliki sikap peduli dan perhatian terhadap orang lain maupun kondisi sosial lingkungan sekitar. 
  • Respect, bentuk karakter yang membuat seseorang selalu menghargai dan menghormati orang lain. 
  • Citizenship, bentuk karakter yang membuat seseorang sadar hukum dan peraturan serta peduli terhadap lingkungan alam. 
  • Responsibility, bentuk karakter yang membuat seseorang bertanggung jawab, disiplin, dan selalu melakukan sesuatu dengan sebaik mungkin. 
Six pillars of characters ini dicetuskan oleh sekelompok guru, ahli etika, dan pelajar yang mengadakan pertemuan di Aspen. Gagasan six pillars ini diinspirasi dari buku Thomas Lickona, Education for Character. 1991. Keenam karakter pokok ini dapat dipakai sebagai instrument pengukuran karakter siswa. 


0 comments:

Post a Comment