a.
Sinergisme
Interaksi farmakodinamik yang palng umum
adalah sinergisme antara dua obat yang bekerja pada sistem, organ, sel atau
inti yang sama dengan efek farmakologi yang sama. Semua obat yang mempunyai
fungsi depresi pada susunan saraf pusat contohnya Etanol, antihistamin,
benzodiazepine (diazepam, lorazepam, prazepam, estazolan, bromazepam,
alprazolam), fenotiazin (klorpromazin, tioridazin, lufenazin, perfenazin, proklorperazin,
trifluoperazin), metildopa. Klonidin dapat meningkatkan efek sedasi.
Semua obat inflamasi nonsteroid dapat
mengurangi daya lekat platelet, dan
meningkatkan efek antikoagulan warfarin. Suplemen kalium dapat
menyebabkan hiperkalema yang sangat berbahaya bagi pasien yang memperoleh
pengobatan dengan diuretic hemat kalium (contoh amilorida, triamteren) dan
penghambat enzim pengkonversi angiotensin (contoh captopril, enalapril) dan
antagonis reseptor angiotensin-II (contoh losartan, valsartan). Dengan cara
yang sama verapamil dan propranolol (dan pengeblok beta yang lain), keduanya
memiliki efek inotropik negative, dapat menimbulkan gagal jantung pada pasien
yang retan.
b.
Antagonisme
Sebaliknya, antagonisme terjadi bila obat
yang berinteraksi memilki efek farmakologi yang berlawanan. Hal ini
mengakibatkan pengurangan hasil yang diinginkan dari satu atau lebih obat.
Sebagai contoh, penggunaan secara bersamaan obat yang bersifat beta-agonis
dengan obat yang bersifat pengeblok beta (salbutamol untuk pengobatan asma
dengn propanolol untuk pengobatan hipertensi, dapat menyebabkan bronkospasme);
vitamin K dan warfarin; diuretik tiazida dan obat anti diabet.
Beberapa antibiotika tertentu berinteraksi
dengan mekanisme yang antagonis. Sebagai contoh, bakterisida, seperti
penisilin, yang menghambat sintesa dinding sel bakteri, memerlukan sel yang
terus bertumbuh dan membelah diri agar berkhasiat maksimal. Situasi ini tidak
akan terjadi dengan adanya antibiotika yang bersifat bakteriostatik, seperti
tetrasiklin, yang menghambat sintesa protein dan juga pertumbuhan bakteri.
c.
Efek
reseptor tidak langsung
Kombinasi obat dapat bekerja melalui
mekanisme saling mempengaruhi efek reseptor yang meliputi sirkulasi kendali
fisiologis atau biokimia. Pengeblok beta no-selektif seperti propanolol dapat
memperpanjang lamanya kondisi hipoglikemia pada pasien diabet yang diobati
dengan insulin dengan menghambat mekanisme kompensasi pemecahan glikogen.
Respons kompensasi ini diperantarai oleh reseptor beta Znamun obat kardioselektif
seperti atenolol lebih jarang menimbulkan respons hipoglikemia apabila
digunakan bersama dengan insulin. Lagi pula obat-obat pengeblok beta mempunyai
efek simpatik seperti takikardia dan tremor yang dapat menutupi tanda-tanda
bahaya hipoglikemia; efek simpatik ini lebih penting dibandingkan dengan akibat
interaksi obat pada mekanisme kompensasi diatas.
d.
Gangguan
cairan dan elektrolit
Interaksi obat dapat terjadi akibat gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit. Pengurangan kadar kalium dalam plasma sesudah
pengobatan dengan diuretik, kortikosteroid atau amfoterisina akan meningkatkan
risiko kardiotoksisitas digoksin. Hal yang sama, hipokalemia
Interaksi Farmasetik
Disebut sebagai Drug incompatibility yaitu tidak dapat
bercampurnya obat interaksi yang terjadi karena adanya perubahan/reaksi fisika dan kimia antara 2 obat
atau lebih yang dapat dikenal/dilihat,yang berlangsung diluar tubuh dan
mengakibatkan aktivitas farmakologi obat tersebut hilang/berubah
Contoh :
1. Hidrolisis
Aspirin + Na-bikarbonat à gummy (aspirin terhidrolisis)
2.
Perubahan pH Oksitetrasiklin-HCl + Difenhidramin à presipitat
3.
Degradasi sinar matahari
Fenitoin-Na à kekeruhan (fenitoinlepas)
Teofilin à perubahan warna
0 comments:
Post a Comment