Sampah rumah tangga terdiri dari 60-70 % sampah organik. Sampah organik merupakan sumber makanan (energi dan unsur hara) yang sangat dibutuhkan oleh biodiversitas tanah. Bila sampah organik setiap rumah tangga dimanfaatkan untuk memperbaiki ekosistem tanahnya masing-masing, maka sampah non-organiknya dapat dengan mudah dimanfaatkan para pemulung untuk didaur-ulang dan dimanfaatkan kembali. Dengan demikian dapat memudahkan anggota masyarakat melakukan penanganan sampah dengan mengurangi volume (Reduce), memanfaatkan kembali sebagai bahan kompos (Reuse) di kaplingnya masing-masing, dan mendaur ulang sampah non-organik (Recycle) sebagai bahan baku industri.
Lubang resapan biopori (LRB) dibuat dengan menggali lubang vertikal ke dalam tanah. Diameter lubang yang dianjurkan 10 cm sampai kedalaman 100 cm atau tidak melebihi kedalaman permukaan air tanah (water table). Pemilihan dimensi yang dianjurkan bertujuan untuk efisiensi penggunaan ruang horizontal yang makin terbatas dan mengurangi beban pengomposan. Tabel 1 menunjukkan bahwa LRB berdiameter 10 cm dengan kedalaman 100 cm hanya menggunakan permukaan horizontal 79 cm2 menghasilkan permukaan vertikal seluas dinding lubang 0,314 m2, berarti memperluas permukaan tanah 40 kali yang dapat kontak langsung dengan bahan kompos. Volume sampah yang masuk tertampung dalam lubang maksimum 7,9 liter dapat mudah dijangkau biodiversitas tanah melalui dinding lubang, akan menimbulkan beban pengomposan maksimum 25 liter/m2. Perluasan permukaan tanah akan menurun dan beban pengomposan akan meningkat dengan peningkatan diameter lubang. Sebagai contoh bila diameter lubang 100 cm mendekati diameter sumur, perluasan permukaan yang diperoleh hanya 4 kali, dengan beban pengomposan yang meningkat menjadi 250 liter/m2. Peningkatan beban pengomposan mengakibatkan penurunan laju pengomposan karena terlalu sedikitnya kontak langsung tanah sekeliling dinding lubang dengan bahan kompos. Hal ini mengakibatkan berkurangnya akses biodiversitas tanah untuk menjangkau bahan kompos, serta terhambatnya proses penyesuaian keseimbangan kelembaban dan suhu tanah dan bahan kompos.
Tabel 1. Hubungan
Diameter Lubang Dengan Beban Pengomposan dan
Pertambahan Luas Permukaan Pengomposan
Pertambahan Luas Permukaan Pengomposan
Diameter Lubang
(cm) |
Mulut lubang (cm2)
|
Luas dinding (m2)
|
Pertambahan Luas
(kali)
|
Volume (liter)
|
Beban Pengomposan
(liter/m2)
|
10
|
79
|
0,314
|
40
|
7,857
|
25
|
40
|
1257
|
1,257
|
11
|
125,714
|
100
|
60
|
2829
|
1,886
|
7
|
282,857
|
150
|
80
|
5029
|
2,514
|
5
|
502,857
|
200
|
100
|
7857
|
3,143
|
4
|
785,714
|
250
|
LRB dapat membantu mempermudah pemasukan bahan organik ke dalam tanah meskipun pada permukaan yang tertutup lapisan kedap. Kumpulan sampah organik yang tidak terlalu banyak dalam lubang silindris akan menjadi habitat yang baik bagi fauna tanah terutama cacing tanah yang memerlukan perlindungan dari panas matahari dan kejaran pemangsanya. Di dalam LRB mereka memperoleh makanan, kelembaban dan oksigen yang cukup.
Fauna tanah dapat memproses sampah tersebut dengan mengunyah (memperkecil ukuran) dan mencampurkan dengan mikroba tanah yang secara sinergi dapat mempercepat proses pengomposan secara alami. Mudahnya pemanfaatan sampah organik untuk menyuburkan tanahnya masing-masing, diharapkan terjadi perubahan kebiasaan untuk memisahkan sampah organik dan non-organik. Sampah organik segera dimasukkan ke dalam LRB, sedangkan sampah non-organik yang sudah terpisahkan dapat disumbangkan kepada pemulung. Bila setiap rumah tangga dapat memanfaatkan sampah organiknya masing-masing, sekitar 60-70 persen volume sampah domestik rumah tangga tidak perlu diangkut. Sisanya sekitar 30-40 persen berupa sampah tidak lapuk akan dimanfaatkan para pemulung untuk bahan industri daur ulang. Dengan demikian LRB akan menjadi alternatif teknologi pengelolaan sampah domestik yang paling dekat dengan sumber sampahnya; sehingga dapat mengurangi ongkos dan alat pengangkutan serta kebutuhan lahan untuk TPS dan TPA.
1. Meningkatkan Peran Biodiversitas Tanah dan Akar Tanaman
Sampah organik yang dimanfaatkan untuk mengisi LRB dapat menarik biodiversitas tanah masuk ke dalam lubang untuk memperoleh tempat perlindungan dari kejaran pemangsanya. Dengan kondisi suhu, kelembaban dan sumber makanan yang cukup dari sampah organik di dalam lubang, biodiversitas tanah dapat berkembang biak. Aktivitas fauna tanah seperti cacing tanah bekerja membentuk biopori dan menghasilkan kotoran cacing (casting) yang dapat memperbaiki struktur dan kesuburan tanah.
Perbaikan struktur dan kesuburan tanah dapat mempercepat perkembangan akar di dalam tanah yang dapat meningkatkan pembentukan biopori. Peningkatan pembentukan biopori dapat memperluas ruangan yang dapat dihuni oleh biodiversitas tanah. Peningkatan biopori dapat memperlancar laju peresapan air dan udara ke dalam tanah, sehingga proses pengomposan terjadi secara aerobik (cukup oksigen). Kompos dapat dipanen pada setiap periode tertentu dan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik untuk memperbaiki struktur dan kesuburan tanah bagi berbagai jenis tanaman, seperti pepohonan, tanaman hias, tanaman obat, sayuran, dan jenis tanaman pangan lainnya.
2. Mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca CO2 dan Metan
Sampah organik merupakan sumber karbon yang dihasilkan melalui fotosintesis. Bila dibuang di atas permukaan tanah seperti yang dilakukan dalam penanganan sampah melalui pengumpulan sampah di tempat pengumpulan sementara (TPS) dan dalam tumpukan besar di tempat pembuangan akhir (TPA), akan meningkatkan emisi gas-gas rumah kaca seperti CO2 dan metan. Peningkatan emisi gas-gas rumah kaca ke atmosfir dianggap merupakan penyebab utama pemanasan global (global warming) yang telah memicu terjadinya perubahan iklim global (global climate change). Dampak negatif perubahan iklim global ini telah dirasakan dengan makin sering terjadinya anomali iklim seperti gejala El Nino, La Nina, peningkatan intensitas hujan, serta perubahan cuaca yang sulit diprakirakan.
Pembuatan LRB pada setiap jenis penggunaan tanah dapat mempermudah pemanfaatan sampah organik dengan memasukkannya ke dalam tanah. Dengan demikian setiap pengguna lahan dapat memfungsikan tanahnya masing-masing sebagai penyimpan karbon (carbon sink) untuk mengurangi emisi karbon ke atmosfir. Karbon yang tersimpan di dalam tanah dalam bentuk humus dan biomasa dalam tubuh beraneka ragam biota tanah tidak mudah diemisikan. Perbaikan struktur dan kesuburan tanah dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman sebagai pengguna/penyerap karbon dari atmosfir. Supaya karbon yang tersimpan dalam biomasa tanaman dapat berdaur dengan sempurna melalui rantai makanan (food chains) dan jejaring makanan (food webs) diperlukan keterlibatan aneka ragam biota termasuk biota yang hidup di dalam tanah. Pengurangan emisi karbon dari dalam tanah dan penyerapan CO2 oleh tanaman dari atmosfir akan dapat mengurangi efek rumah kaca yang dapat menyebabkan pemanasan global.
3. Meningkatkan Laju Peresapan Air dan Cadangan Air Tanah
Berkurangnya ruang terbuka hijau menyebabkan berkurangnya permukaan yang dapat meresapkan air ke dalam tanah di kawasan pemukiman. Peningkatan jumlah air hujan yang dibuang karena berkurangnya laju peresapan air ke dalam tanah; akan menyebabkan banjir pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau. Peresapan air hujan yang efektif perlu dilakukan untuk mengurangi aliran permukaan serta untuk memelihara kelembaban tanah, dan menambah cadangan air tanah. Dengan demikian dapat mencegah keretakan tanah yang memicu terjadinya longsor, serta dapat mencegah keamblesan tanah (subsidence) karena kosongnya pori tanah akibat penyedotan air tanah yang berlebihan. Peresapan air hujan yang efektif juga dapat mencegah terjadinya banjir yang dapat mengangkut bahan organik, unsur hara, pupuk, dan lapisan tanah yang subur melalui erosi.
Peresapan air ke dalam tanah dapat diperlancar oleh adanya biopori yang dapat diciptakan oleh fauna tanah dan akar tanaman. Untuk menyediakan lingkungan yang kondusif bagi penciptaan biopori di dalam tanah, LRB perlu diisi sampah organik sebagai sumber makanan bagi biodiversitas tanah.
Pada tanah yang telah rusak di mana lapisan atas tanah (top soil) tipis atau sudah hilang oleh erosi, LRB dapat membantu mempercepat laju peresapan air ke dalam lapisan bawah tanah (sub soil) yang relatif padat, serta memudahkan pemasukan bahan organik ke dalam tanah dengan mudah. Dengan peresapan air yang lancar dan perbaikan kondisi subsoil oleh aktivitas biota tanah serta penambahan bahan organik, maka akar tanaman akan berkembang lebih dalam untuk memanfaatkan air dan unsur hara dari daerah perakaran yang lebih luas, berarti dapat mengurangi kegagalan penanaman akibat kekeringan atau kelebihan air.
Peresapan air hujan yang efektif ke dalam tanah selain dapat menghindari terjadinya banjir yang sangat merugikan, mengakibatkan hilangnya harta benda bahkan nyawa manusia, serta menimbulkan kerusakan sarana dan prasarana yang dapat mengganggu kegiatan perekonomian. Peresapan air hujan juga dapat meningkatkan cadangan air tanah sebagai sumber air yang dibutuhkan oleh semua kehidupan baik yang hidup di dalam tanah maupun yang hidup di atas permukaan tanah. Peresapan air ke dalam tanah merupakan upaya konservasi air yang efektif untuk menghindari kehilangan air melalui penguapan, berarti dapat memelihara kuantitas cadangan air tanah. Air yang meresap ke dalam tanah dapat melarutkan mineral yang menyehatkan, serta tidak mengangkut sedimen dan bahan organik yang mencemari kualitas air serta dapat mencemari dan mengurangi daya tampung badan-badan air.
4. Mengatasi Masalah Akibat Genangan
Berkurangnya atau rusaknya biopori di dalam tanah dapat mengakibatkan berkurangnya laju peresapan air. Pada tanah terbuka yang terkena sinar matahari, permukaan tanah akan ditumbuhi lumut yang dapat menyumbat pori, sehingga air tidak dapat meresap ke dalam tanah. Air yang tidak meresap kedalam tanah akan menjadi genangan di atas permukaan tanah, biasanya terjadi pada cekungan atau saluran yang secara terus menerus mendapat tambahan air. Pada keadaan tergenang ketersediaan oksigen sangat kurang, apalagi bila pada genangan terkumpul bahan organik. Pada keadaan kurang oksigen (anaerobik) biopori tidak akan terbentuk karena fauna tanah yang mampu membentuk biopori perlu oksigen yang cukup.
Genangan air yang terus menerus merupakan habitat yang baik bagi berkembang-biaknya berbagai jenis nyamuk, termasuk nyamuk yang menjadi pembawa penyakit menular seperti demam berdarah dengue (DBD), malaria, dan sejenisnya; serta seringkali menyebabkan bau busuk yang mencemari udara. Bila permukaan air bebas berada dalam tanah, genangan air dapat dicegah dengan meresapkannya ke dalam tanah. LRB dapat dibuat untuk meresapkan genangan air akibat penyumbatan permukaan dan berkurangnya biopori di dalam tanah.
0 comments:
Post a Comment