Penanganan Bedah

Pretreatment yang adekuat, seperti yang dijelaskan diatas akan membuat jalannya operasi menjadi lebih lembut. Penambahan obat untuk relaksasi cerebral mungkin diperlukan, khususnya pada pasien dengan high-grade tumor. Infus manitol dengan dosis 0,5-1 mg/kg diberikan melalui infus pada saat kraniotomi dimulai akan menyebabkan otak relaksasi. Dianjurkan dilakukan moderate hiperventilasi dengan end-yidal CO2 30-35 mmHg.

Posisi pasien merupakan faktor penting dalam memindahkan tumor parenkimal. Tujuan utamanya yaitu menempatkan axis utama tumor pararel dengan dasar optimal akses dari operator. Sebagian besar glioma dapat dicapai dengan pasien diposisikan supine. Kadang kadang diperlukan posisi lateral atau ¾ posisi prone. Kepala seharusnya ditempatkan sedikit diatas garis level jantung untuk memfasilitasi drainage vena dan mengurangi kongesti otak. Secara umum, kepala ditempatkan pada 3 pin penahan kepala, yang mana terpasang erat pada meja operasi. Pin yang ditempatkan setelah induksi anestesi mungkin meningkatkan tekanan darah. Penggunaan lokal anestesi pada tempat pin dan level anestesi yang dalam mengurangi efek ini. Setelah kepala pasien diposisikan, tubuh dan ekstremitas secara hati-hati dilihat di inspeksi dan setiap titik tumpu dialas dengan busa. Yang beberapa terbuat dari alat pengatur suhu yang menjaga keadaan normovolemia. Kehilangan panas dan luka tekanan sering menjadi masalah dalam lamanya perawatan dan dapat dicegah dengan perhatian pada permukaan dan pemanasan caitan dan padding yang hati-hati.

Pengobatan Lainnya


Usaha telah dilakukan dan dikembangkan terus menerus untuk mengurangi komplikasi ini. Oldfield et.al. menjelaskan metoda cannulation untuk menghilangkan obat kemoterapi dari sirkulasi vena serebral sehingga tidak masuk ke sirkulasi sitemik. Studi klinik sedang dilakukan untuk mengevaluasi efek sistem implantible terhadap tumor. Sistem secara umum di implant pada waktu operasi citoreductive. Transplantasi autologous tulang belakang dapat di lakukan sebelum terapidosis tinggi yang dikuti dengan kemoterapi yang diinfuskan pada sumsum tulang belakang pasien selama perkiraan waktu blood count terendah yaitu beberap minggu setelah terapi.

Imunoterapi telah dikembangkan untuk digunakan pada pasien dengan glioma malignant. Secara rasional secara umum berdasarkan tumor expressing antigen yang merupakan benda asing bagi tubuh. Mekanisme dasar pertahanan imun terdiri dari elemen imun celular dan humoral. Dua sistem ini dapat bergabung secara efektif dalam merusak sel tumor. Terapi saat ini menggunakan host selular imune respon dengan mengaktifkan lymphokin activated killer cell (LAK) oleh IL2. Metode inin memerlukan leukophoresis yang diikuti olek inkubasi pada limphosit pasien dengan IL, kemudian disuntikkan sel LAK pada saat operasi setelah prosedur cytoreductive. Tidak seperti penyuntikan secara sistemik IL untuk tumor otak, cara ini lebih dapat ditolelir.

Meningioma

Seperti telah di jelaskan sebelumnya, meningioma merupakan 15% dari primer brain tumor. Sebagian besar jinak dan yang lainnya dapat di operasi secara komplet. Tumor ini terjadi khususnya pada orang dewasa dan pada dekade pertengahan. Sebagian besar merupakan lesi soliter, tapi multiple meningioma dapat terjadi dengan atau tanpa neurofibromatosis. Berdasrkan histologinya ada empat jenis utama meningioma : meningothelial, transitional, fibroblastic, dan angioblastic. Angioblastik merupakan pasling sedikit dan lebih agresif dari pada tipe yang lainnya. Lebih lanjut ini dibedakan menjadi 2 varietas yaitu hemangioblastic, yang mirip cerebellar hemangioblastoma, dan yang kedua hemangiopericytoma. Jenis ini sungguh mirip dengan hemangiopericytoma pada jaringan lain dan ditandai dengan kecil, sel yang terbungksu dengan pembuluh darah halus yang banyak. Mitosis umum terjadi. Tumor ini lebih agresif dengan kecenderungan kearah recurrence dan penyebaran metastase.

Perhatian Klinik Dan Evaluasi Pre Operasi


Gejala klinik dari meningioma tergantung pada lokasi tumor. Tempat yang paing sering untuk pertumbuhan meningioma diantaranya convexity, sphenoid wing, cerebellopontine angle, daerah parasagital, lekuk olfactory, dan tuberculum sellae. Lokasi yang tidak sering adalah cerebellar convexity, foramen magnum, dan clivus.

Convexity meningiomas mungkin tumbuh lebih besar sebelum menjadi gejala/simptomatik. Keluhan yang sering adalah sakit kepala. Tergantung pada area yang terkena, pasien mungkin kejang atau tanda fokal berupa kelemahan atau kehilangan sensoris. Sphenoid wing meningiomas secara umum dibagi menjadi middle third dan medial (clinoid). Lateral spenoid wing dan middle third meningiomas memiliki persamaan dalam cara convexity meningiomas. Clinoidal meningiomas timbul dari medial spenoid wing dan melibatkan carotis dan arteri mddle cerebral seperti saraf optic dan tractus opticus. Pada tumor yang besar, lobus frontal dan temporal mungkin tertekan. Gejala pada saraf optik yang biasanya dijadikan acuan, tapi kejang dan atau hemiparesis mungkin bersamaan. Parasagittal tumor, sesuai namanya, ia mempengaruhi sinus sagitalis seperti dekatnya falx dan convexity. Tumor muncul dari mid position dari sinus sagitalis yang menyebabkan kejang dan kelemahan ekstremitas bawah atau kehilangan sensoris karena kompresi dasar dari korteks sensorimotor. Meningioma di spertiga anterior lebih sulit terdeteksi secara klinik meskipun lebih besar pada saat ditemukan pertama kalinya. Tanda dan gejala termasuk perubahan sikap dan mungkin demensia. Sakit kepala muncul pada keduanya dan pada meningioma pada umumnya. Meningioma pada tuberculum sellae ditunjukkan dengan kehilangan penglihatan. Biasanya terjadi unilateral. Dengan gejala progress yaitu kehilangan ketajaman dan gangguan lapangan panadng bilateral, yang diakitkan dengan atropi nervus opticus. Meningioma jalur olfactory berkembang pada midline fossa anterior. Area ini relative tenang dan sering kali tumor akan mencapai ukuran besar sebelum terdeteksi. Nyeri kepala merupakan gejala umum dan mungkin ada perubahan mental. Meningioma cerebellopontine angle menunjukkan gejala yang sama dengan acoustic tumor (vide infra). Gejala umum berupa hilangnya pendengaran, vertigo, dan tinnitus. Gejala lain pada lokasi ini secara langsung dipengaruhi oleh ukuran tumor yang mempengaruhi nervus lain pada basal cranial. Seperti tumor lainny ayng muncul pada fosa posterior, tumor ini mungkin menyebabkan hidrocephalus yang menyebabkan peningkatan TIK. CT scan preoperasi akan menyingkap hidrocephalus sebagai tambahan pada meningioma.

CT scan merupakan alat radiologi yang sangat penting dalam konfirmasi diagnosis meningioma.

Lesi tampak sedikit lebih dense dan menyebar secara homogen setelah kontas disuntikkan. Perubahan seperti tulang gampang di evaluasi pada CT scan. Separuh dari pasien dengan meningioma terdapat edema cerebral yang berbatasan dengan tumor. Pada waktu ini edema mungkin ditandai dan dapat menyulitkan anestesi dan operasi. Angioraphy sering dilakukan pada pasien dengan dugaan meningioma. Garis luar yang mensuply tumor, yang seringkali dari karotis eksternal. Informasi ini berguna pada saat ekstirpasi.


0 comments:

Post a Comment