- Faktor keturunan.
- Riwayat terkena benturan keras.
- Pola hidup yang kurang sehat. Misalnya: merokok, konsumsi berlebihan makanan berlemak, kurang serat, dsb.
- Bahan karsinogenik: minyak goreng yang dipakai berulang-ulang, bahan kimia yang termakan.
- Radiasi. Paparan radiasi dalam gelombang tertentu dapat memicu berkembangnya sel kanker.
a. Model perubahan perilaku
Tim penyuluh menggunakan model Lawrence W. Green, yang mempunyai 3 faktor perilaku yaitu :
- Predisposing Factor, meliputi pemberian tambahan pengetahuan mengenai Kanker Otak (Penyebab dan cara pencegahannya), pembiasaaan sikap hidup dan gaya hidup yang sehat, mendorong adanya perubahan keyakinan ke arah yang lebih baik, serta pemberian hal-hal yang dapat meningkatkan motivasi bagi sasaran untuk melaksanakan pola hidup sehat dan gaya hidup yang dapat terhindar dari penyakit kanker otak.
- Enabling Factor, dalam hal ini tim penyuluh memberikan tambahan kemampuan bagi sasaran agar mereka dapat melakukan tindakan preventif secara mandiri terhadap resiko penyakit kanker otak. Selain kemampuan internal adanya sarana penunjang merupakan hal penting yang perlu diperhatikan. Sehinga pengadaan dan pelatihan pengunaan sarana lingkungan fisik sangat diperlukan. Dan juga menciptakan kondisi yang mendukung dalam hal hidup sehat dan gaya hidup yang sehat dalam lingkungan rumah, sekolah dan juga masyarakat sekitar.
- Reinforcing Factor merupakan faktor pendorong yang menunjang terlaksananya program yang diinginkan. Faktor ini meliputi perilaku petugas penyuluh, adanya dorongan dari peraturan sekolah yang bersifat islami dan juga masih menjunjung tinggi akhlak islami. Namun hal yang dapat diaplikasikan untuk dilaksanakan pada program tim penyuluh adalah dorongan dari guru dan dorongan peraturan dari pihak sekolah.
Dalam penyuluhan kali ini tim penyuluh menggunakan strategi bina suasana (social support) karena tim penyuluh melibatkan tokoh pendidikan/guru dalam mendukung tujuan penyuluh. Selain itu, bina suasana juga bisa menciptakan situasi yang kondusif, santai, sehingga pesan yang disampaikan oleh penyuluh dapat dipahami sasaran dan juga dengan menggunakan media penyuluhan melalui pemutaran video mengenai kanker otak dan juga melalui pembagia stiker yang mengajak untuk mengindari perilaku merokok.
c. Mengapa dan bagaimana mengubah perilaku hidup sehat
Perilaku sasaran yang tidak sehat dan juga gaya hidup mereka yang tidak sehat misalnya, merokok dan juga sering mengonsumsi makanan yang mengandung pengawet dan pewarna yang tidak aman untuk dikonsumsi. perlu diubah untuk mengurangi factor risiko terkena kanker otak sehingga status kesehatan mereka meningkat. Dengan begitu mereka akan bisa lebih aktif di sekolah maupun hubungan social yang mendukung tumbuh kembang mereka.
d. Tentukan posisi à keuntungan bagi sasaran
1. Bisa terhindar dari ancaman kanker otak yang sangat mematikan
2. Bisa terhindar dari ancaman penyakit yang disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat.
3. Dapat memberikan pengetahuan akan penyebab dan cara pencegahan dari penyakit kanker otak.
Saluran komunikasi
Dalam penyuluhan ini tim penyuluh menggunakan media film fiksi dengan pertimbangan sebagai berikut:
- Remaja usia SMA sangat identik dengan film-film yang menceritakan tentang suatu proses hidup seseorang yang berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Direncanakan pada film ini menceritakan tentang proses hidup seseorang yang pada akhirnya menderita kanker otak, yang pada prosesnya juga memperlihatkan aktivitas yang dapat mencerminkan hal-hal yang bisa menyebabkan tingginya risiko terkena kanker otak. Di samping itu, juga akan dibumbui dengan nuansa humor, cinta, persahabatan, dan sebagainya.
- Mayoritas remaja yang suka menonton film, dapat memberikan peluang yang lebih besar untuk penyampaian pengetahuan tentang kanker otak ini agar lebih bisa diterima.
Rangkaian kegiatan dalam program ini dilaksanakan selama 2 hari di SMA Ta’miriyah Surabaya. Kegiatan ini berupa pemutaran film dan diskusi studi kasus di seluruh kelas. Dengan scenario film yang secara tersirat menyampaikan pesan tentang gaya hidup seseorang yang menyebabkan penyakit kanker otak. Film ini dikemas semenarik mungkin untuk memotivasi minat sasaran agar pesan yang disampaikan dalam film ini lebih mengena. Setelah pemutaran film yang berdurasi 1 jam, akan dibentuk kelompok kecil sebanyak 4 kelompok untuk berdiskusi tentang studi kasus yang diberikan. Pemutaran film ini dilaksanakan setiap jam 14.30-17.00. Untuk memaksimalkan penangkapan isi pesan komunikator menyediakan waktu 2,5 jam penuh pada tiap kelas.
Selain film, tim komunikator juga menggunakan media poster yang akan ditempel di mading sekolah dan pembagian stiker yang berfungsi sebagai media pengingat untuk keberlanjutan program.

0 comments:
Post a Comment