“Anak adalah amanah, anugerah, dan cobaan. Dia adalah titipan Illahi untuk (sibghah) menjadi generasi Rabbani. Karena anak pada hakikatnya adalah ibarat kertas putih, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Nasrani, Yahudi atau Majusi.” (HR Bukhari).
Ketahuilah, bahwa cara mendisiplinkan anak merupakan persoalan yang paling penting dan mendesak di antara yang lain. Anak amanah bagi orang tuanya, sebab hatinya yang suci laksana permata tak ternilai yang belum dipakai atau dibentuk. Ia menerima segala bentuk yang ditorehkan dan condong kearah mana saja dicondongkan. Jika diajarkan kebaikan, maka akan didapat kebahagiaan di dunia dan akhirat. Sedangkan jika dibiasakan dan diajarkan kejahatan akan tumbuh liar bagaikan hewan, tentu akan celaka. Allah SWT berfirman, Peliharalah dirimu dan keluargamu dari siksaan api neraka. Seorang ayah mungkin berusaha melindungi anaknya di dunia, namun jauh lebih penting melindungi anaknnya dari api neraka. Caranya adalah dengan mendisiplinkannya, mendidiknya dan mengajarinya tentang kebaikan akhlak serta melindunginya dari teman-teman yang berperangai buruk.
Tidak memanjakannya, dan tidak membuatnya menggandrungi kemewahan dan kemegahan duniawi. Oleh karena itu, hendaklah orang tua selalu memperhatikan anaknya sejak usia dini sehingga tidak akan diizinkan untuk minum/makan yang berasal dari makanan haram, sehingga tidak diperoleh keberkahan dalam hidupnya, yang dapat membentuk wataknya yang buruk sehingga cenderung melakukan perbuatan yang tercela.
- Hendaklah perhatian ditingkatkan saat tanda kecerdasan tampak dalam diri anak. Tanda yang pertama adalah rasa malu, sebab ketika mulai merasa malu terhadap perbuatan tertentu, inilah karunia Allah yang merupakan pertanda baik yang menunjukkan keseimbangan akhlaknya dan ketulusan hatinya.
- Hendaklah dididik dari sifat rakus terhadap makanan, misalnya harus meng “Anak adalah amanah, anugerah, dan cobaan. Dia adalah titipan Illahi untuk (sibghah) menjadi generasi Rabbani. Karena anak pada hakikatnya adalah ibarat kertas putih, sebagaimana sabda
Rasulullah SAW, “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Nasrani, Yahudi atau Majusi.” (HR Bukhari).
Ketahuilah, bahwa cara mendisiplinkan anak merupakan persoalan yang paling penting dan mendesak di antara yang lain. Anak amanah bagi orang tuanya, sebab hatinya yang suci laksana permata tak ternilai yang belum dipakai atau dibentuk. Ia menerima segala bentuk yang ditorehkan dan condong kearah mana saja dicondongkan. Jika diajarkan kebaikan, maka akan didapat kebahagiaan di dunia dan akhirat. Sedangkan jika dibiasakan dan diajarkan kejahatan akan tumbuh liar bagaikan hewan, tentu akan celaka. Allah SWT berfirman, Peliharalah dirimu dan keluargamu dari siksaan api neraka. Seorang ayah mungkin berusaha melindungi anaknya di dunia, namun jauh lebih penting melindungi anaknnya dari api neraka. Caranya adalah dengan mendisiplinkannya, mendidiknya dan mengajarinya tentang kebaikan akhlak serta melindunginya dari teman-teman yang berperangai buruk.
Tidak memanjakannya, dan tidak membuatnya menggandrungi kemewahan dan kemegahan duniawi. Oleh karena itu, hendaklah orang tua selalu memperhatikan anaknya sejak usia dini sehingga tidak akan diizinkan untuk minum/makan yang berasal dari makanan haram, sehingga tidak diperoleh keberkahan dalam hidupnya, yang dapat membentuk wataknya yang buruk sehingga cenderung melakukan perbuatan yang tercela.
- Hendaklah perhatian ditingkatkan saat tanda kecerdasan tampak dalam diri anak. Tanda yang pertama adalah rasa malu, sebab ketika mulai merasa malu terhadap perbuatan tertentu, inilah karunia Allah yang merupakan pertanda baik yang menunjukkan keseimbangan akhlaknya dan ketulusan hatinya.
- Hendaklah dididik dari sifat rakus terhadap makanan, misalnya harus meng perbuatan itu sekali lagi, maka harus dimarahi tanpa sepengetahuan orang dan disadarkan bahwa perbuatannya itu cukup serius.
- Hendaklah orangtua tidak terus-menerus memarahi anak, sebab membuatnya kebal akibatnya tetap melakukan perbuatan buruk. Hendaknya seorang ayah menjaga kewibawaan ucapannya dan hanya memarahi bila tidak ada pilihan lain. Ibulah yang memperingatkan anak dengan menyebut ayahnya.
- Hendaklah dilarang tidur siang hari, karena dapat menimbulkan sikap malas. Harus dibiasakan untuk berjalan, bergerak dan berolahraga pada siang hari sehingga terbebas dari rasa malas. Janganlah anak dibiarkan gemuk karena akan sulit menjauhi sikap manja. Sebaliknya, hendaknya dibiasakan mengenakan pakaian dan makan makanan sederhana.
- Hendaknya dilarang melakukan sesuatu secara diam-diam, sebab akan terbiasa melakukan perbuatan buruk. Hendaknya dilarang membanggakan harta orangtuanya, namun dibiasakan bersikap rendah hati, pemurah dan santun dalam berbicara.
- Hendaknya dilarang menerima apapun dari anak lain, sebaliknya kepadanya harus diajarkan bahwa kemuliaan terletak pada sikap memberi.
- Hendaknya kepada anak diajarkan tentang keburukan mencintai dan ketamakan terhadap emas, perak.
- Hendaklah dibiasakan untuk tidak meludah, menguap atau menyusut ingus di hadapan orang lain, tidak memunggungi siapapun, menyilangkan kaki, menopang dagu atau mengganjal kepalanya dengan tangannya, karena perbuatan semacam itu menunjukkan kemalasan. Haruslah diajari mengenai cara duduk dan dilarang untuk terlalu banyak berbicara. Hendaklah dilarang bersumpah terhadap sesuatu, baik benar maupun salah. Sebaiknya diajari mendengarkan dengan cermat setiap kali orang yang lebih tua berbicara dan bangkit dari duduknya setiap kali orang yang lebih tua masuk, menyediakan tempat untuknya. Hendaklah dilarang berbicara seenaknya, mengutuk, menghina seseorang atau bergaul dengan orang yang demikian. Kebiasaan buruk akan muncul dari teman sepergaulan yang buruk. Dan sesungguhnya prinsip pendidikan adalah menjauhkannya dari teman sepergaulan yang buruk.
- Hendaklah setelah mengikuti pelajaran, agar diizinkan bermain dan diberi kesempatan beristirahat, untuk mencegah anak menguras tenaga untuk selalu belajar yang akan mematikan hatinya, merusak kecerdasannya dan menghambat gairah hidupnya.
- Hendaknya diajarkan sikap patuh terhadap orangtua, guru dan orang yang lebih tua. Kemudian ketika anak mencapai usia remaja, hendaknya tidak melalaikan kewajiban berwudhu dan shalat serta diperintahkan berpuasa di bulan Ramadhan. Diingatkan bahwa makanan hanya sarana mempertahankan kesehatan dan bahwa tujuannya menjadikan seorang manusia kuat menjalankan ibadah kepada Allah SWT, mengingat tak satupun yang kekal didalamnya serta kematian akan memutus kenikmatannya. Sesungguhnya, dunia hanyalah tempat persinggahan, bukan tempat tinggal abadi. Akhiratlah yang merupakan tempat tinggal abadi. Sesungguhnya kematian menanti setiap saat, karenanya orang yang cerdas dan berakal adalah orang yang menyiapkan bekal di dunia untuk keperluan di akhirat sehingga beroleh derajat yang tinggi di sisi Allah dan kebahagiaan melimpah di surga. Jika pendidikan pada masa anak baik, maka akan berkesan dan berpengaruh kuat di dalam hatinya laksana tulisan di atas batu.
Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarokatuh,
Pustaka : Al Ghazali, Metode Menaklukkan Jiwa – Perspektif Sufistik, Penerbit Mizan, 2001.
0 comments:
Post a Comment