Obat- Obat Umum

Semua obat anti asma dapat digunakan secara luas, termasuk steroid sistemik. aman buat kehamilan dan menyusui. Terapi yang kurang merupakan masalah utama dalam penanganan wanita hamil dengan asma. Bahan inhalasi merupakan terapi utama untuk pengobatan asma. β-agonis menyebabkan relaksasi otot pernapasan. Anti inflamasi inhalasi dapat mengurangi pelepasan mediator radang yang diyakini sebagai penyebab sekresi dan bronkospasme.

Terapi standar konservatif yaitu β-adrenergik agonis direkomendasikan untuk asma ringan. adrenergik β-agonis inhalasi atau oral ditambah dengan anti inflamasi inhalasi disarankan untuk asma sedang, dan β-agonis dan kortikosteroid oral direkomendasikan untuk asma yang berat. Saat ini kortikosteroid inhalasi meningkat penggunaannya untuk asma yang ringan dan sedang.

Kategori Obat 3 

A. Bronkodilator 

Kerja cepat dan sangat efektif, meningkatkan diameter jalan napas dan merelaksasikan otot polos jalan napas. β 2 reseptor agonis lebih luas penggunaannya dan mempunyai efek sistemik yang kurang. Efektifitas sesudah inhalasi atau oral mempunyai masa kerja obat yang lebih lama. Albuterol, terbutaline, metaproterenol, dan bitolterol digunakan sebagai patokan dosis inhalasi. Salmetrol, juga β 2 adrenoreseptor agonis, mempunyai masa kerja yang panjang ( sekurang - kurangnya 12 jam ). Jadi efektif untuk pengobatan asma nokturnal. 

1. Nama obat: Albuterol ( Proventil, Ventolin ), kategori C 

Β-agonis untuk bronkospasme seperti epinefrin. Merelaksasikan otot polos bronkus melalui aksi β2 reseptor dengan efek minimal pada kontraksi otot jantung. 

Dosis : 2-3 puffs setiap 4-6 jam (90mcg/ inhalasi); tidak melebihi 12 inhalasi/hari 

2. Nama obat: Salmeterol ( Serevent ), kategori C 

Merelaksasikan otot polos bronkiolus pada kondisi yang berhubungan dengan bronkitis, emfisema, asma, atau bronkiektasis. Efeknya dapat juga difasilitasi dengan ekspektoran. 

Dosis : 2 puffs ( 42 mcg ) dua kali/hari 

B. Antikolinergik 

Nama obat: Ipatropium ( Atrovent ) kategori B 

Secara kimiawi sama dengan atropin. Mempunyai efek anti sekresi dan bekerja lokal. Menghambat sekresi glandula sereus dan seromukus pada mukosa hidung. 

Dosis : 2-3 puffs tiap 4-6 jam ( 1 8 mcg/Inhalasi) 


C. Methylxanthine 

Manfaat Theophyllin sebagai anti asma berkurang sejak adrenoreseptor agonis dan obat anti inflamasi digunakan. Theophyllin mempunyai batas terapeutik yang sempit. 

Nama obat: Teophyllin ( Theo - Dur, Aminophylline ), kategon C 

Menghasilkan katekolamin eksogen dan menstimulasi pelepasan katekolamin endogen dan relaksasi muskulus diafragma, serta menyebabkan bronkodilatasi. 

Dosis : 600-900 mg/ hr dalam dua atau tiga kali/hari 

D. Kortikosteroid 

Meliputi kortikosteroid oral (prednison), kortikosteroid inhalasi ( beclamethasone, flunisolide, triamcinolone), cromolyn dan nedocromil. Penelitian menunjukkan efek yang stabil dengan penggunaan kortikosteroid. Penggunaan aerosol lebih efektif untuk mengurangi efek sistemik pada terapi kortikosteroid. Penggunaan yang lama akan mengurangi gejala dan meningkatkan fungsi paru pada pasien dengan asma ringan. Jika bronkodilator inhalasi tidak berhasil, maka kortikosteroid iragulasi dapat dimulai. 

1. Nama obat: Prednison ( Deltason ), kategori B 

Immunosupresan untuk terapi pada gangguan autoimun dapat mengurangi inflamasi dengan meningkatkan permeabilitas kapiler dan mengurangi aktivitas PMN. 

Dosis : 5-60 mg/hr per oral dalam dua atau tiga kali/'hari. 

2. Nama obat: Beclomethasone ( Beclovent, Beconase, Vancenase). kategori C 

Menghambat bronkokonstriksi, menyebabkan relaksasi otot polos, mungkin dapat mengurangi jumlah dan aktivitas sel inflamasi dan mengurangi hiperresponsif jalan napas. 

Dosis : 2-5 puffs dalam empat kali/hari (42 mcg/puffs) 

3. Cromolyn (Intal), kategori B 

Menghambat degranulasi pada sensitasi sel mast 

Dosis : 1-4 puffs dalam empat kali/hari (0,8 mcg/spray)


0 comments:

Post a Comment