APOKYN™ (apomorphine
hydrochloride) ialah sebuah agonis dopamin non-ergolin. Apomorfin HCl
secara khemis didesain sebagai 6aβ-aporfin-10,11-diol
hidroklorid hemihidrat dengan rumus molekul C17H17NO2
• HCl • 1/2 H2O. Struktur kimia dan
berat molekulnya ialah:
Apomorfin HCl tampak sebagai kristal putih atau
putih-keabuan mengkilap atau seperti serbuk putih yang larut dalam air pada
suhu 80°C. APOKYN™ 10 mg/mL adalah larutan steril,
jernih, tidak berwarna untuk injeksi subkutan dan tersedia dalam ampul 2 mL dan
cartridge 3 mL. Setiap mL larutan
mengandung 10 mg apomorfin HCl (apomorfin HCl hemihidrat pada USP) dan 1 mg
sodium metabisulfit, NF pada air untuk injeksi, USP. Sebagai tambahan, setiap
mL larutan mungkin mengandung NaOH,
NF dan/atau asam hidroklorida, NF
untuk mengatur pH larutan. Selain itu, cartridge
mengandung 5 mg/mL benzil alkohol.
APOKYN digunakan untuk injeksi hanya
jika dibutuhkan dan hanya untuk mengobati hilangnya kontrol gerakan tubuh pada
manusia sebagai kelanjutan dari penyakit parkinson. Kondisi ini juga disebut hipomobilitas
atau episode “kelumpuhan”. Episode kelumpuhan ini merliputi gejala seperti
kekakuan otot, pergerakan yang lambat dan kesulitan untuk bergerak. APOKYN mungkin akan
meningkatkan kemampuan untuk mengontrol gerakan ketika digunakan selama periode
“kelumpuhan”. Ini mungkin akan membantu dalam berjalan, berbicara atau bergerak
dengan lebih mudah. APOKYN tidak digunakan untuk mencegah periode kelumpuhan.
APOKYN tidak dapat menggantikan pengobatan lain pada penyakit parkinson.
Mekanisme Aksi
Gambar 7. Struktur reseptor dopamin terkait G-protein
Reseptor
dopamin termasuk sub famili reseptor G protein. Dopamin terikat pada ‘binding
groove’ yang berada pada ekstraseluler reseptor yang mengaktifkan protein G,
yang mana akan menginisiasi second
messenger signalling pathways. Efek downstream bisa menghambat atau
menstimulasi, tergantung pada protein G yang berhubungan dengan reseptor,
dopamin D1, D5 berhubungan dengan stimulasi
protein G (Gs), sedangkan dopamine D2, D3, D4 berhubungan dengan
penghambatan protein G (Gi).
Apomorfin merupakan agonis
reseptor D-2. Artinya, mengaktivasi reseptor tersebut. Reseptor dopamine D2
terikat dengan Gi, yang berdisosiasi dari reseptor pada sisi ikatan agonis dan menghambat melalui mekanisme sinyal second messenger maka dimulailah proses
signaling yang diawali dengan perubahan konformasi reseptor yang melibatkan
daerah sitoplasmik reseptor, yang menyebabkan daerah sitoplasmik reseptor
menjadi aktif terhadap protein G. Selanjutnya, subunit G akan melepaskan GDP
dan akan mengikat GTP (terjadi pertukaran GDP-GTP). Penggantian GDP menjadi GTP
menyebabkan perubahan konformasi pada subunit Ga. Subunit Ga yang terikat dengan GTP tersebut kemudian
terdisosiasi dari subunit bg menjadi subunit yang aktif, dan
menghambat adenilat siklase (AC) memproduksi cAMP. Dengan
jumlah cAMP yang kecil
Apomorfin hidroklorida merupakan agonis dopamin
non-ergolin dengan afinitas ikatan tinggi secara in vitro pada reseptor D4 (Ki = 4,4 nM), afinitas sedang
pada D2, D3 dan D5 (Ki = 35-83, 26, and 15 nM)
dan reseptor adrenergik α1D, α2B, α2C (Ki = 65, 66, and 36 nM), dan afinitas
lemah pada reseptor dopamin D1, reseptor serotonin 5HT1A, 5HT2A,
5HT2B, and 5HT2C (Ki = 370, 120, 120, 130, and 100 nM). Apomorfin tidak menunjukkan afinitas
pada reseptor adrenergik β1 and β2 atau reseptor histamin H1 (Ki > 10,000
nM).
Mekanisme aksi
yang pasti dari Apomorfin sebagai terapi untuk penyakit parkinson tidak
diketahui, walaupun dipercaya merupakan aksi dari stimulasi reseptor dopamin D2
pada post-sinaptik dalam caudate-putamen
di otak. Apomorifn telah
dibuktikan meningkatkan fungsi motorik pada hewan model penyakit Parkinson.
Secara spesifik, apomorfin menurunkan defisit motorik yang terinduksi oleh lesi
pada jalur dopaminergik nigrostriatal yang menaik dengan neurotoksin 1-methyl-4-phenyl-1,2,3,6-tetrahydropyridine
(MPTP) pada primata.
0 comments:
Post a Comment