Diagnosis
penyakit Parkinson biasanya didasarkan pada gejala dan pemeriksaan fisik,
antara lain tremor, ekspresi wajah, dan penurunan angka kedipan spontan. Namun,
gejala mungkn sulit untuk diukur. Sebagai contoh tremor mungkin tidak teramati
pada pasien yang duduk tenang dengan lengan berada di pangkuan. Perubahan
bentuk tubuh mungkin sama dengan osteoporosis atau perubahan karena pertambahan
umur. Kekurangan dalam ekspresi wajah mungkin terjadi karena depresi.
Pemeriksaan fisik mungkin menunjukkan “cogwheel
rigidity” (pergerakan yang kaku), dan tremor pada parkinson. Refleks biasanya normal.
. Pemeriksaan
parkinson biasanya dilakukan secara klinis. Bagaimanapun teknik yang modern
dibutuhkan di masa mendatang untuk membedakan sindrom Parkinson yang berbeda
atau untuk diagnosis pre-klinis dari Parkinson. Sebagai contoh dengan
menggunakan “fluoro-dopa PET imaging”,
yang dapat secara jelas melihat perbedaan pada pasien Parkinson yang ditandai
dengan dirusaknya uptake fluoro-dopa
pada daerah caudate dan putamen. PET
images ditemukan oleh Dr Paul Morrish dan Prof David
Brooks, MRC PET Neuroscience Group, MRC Clinical Sciences
Centre, Hammersmith Hospital, London
Diagnosis penyakit parkinson didasarkan
pada data klinik mengenai tremor, kekakuan dan bradikinesia. Respon yang
positif terhadap levadopa mendukung diagnosis utama. Patologi utama dari
Parkinson adalah kehilangan saraf dopaminergik di substansia nigra dengan
pancantuman intrasitoplasmik yang tersisa, lengkap dengan saraf nigral. Molecular genetic testing
dapat mendiagnosis keberadaan dari mutasi gen PARK2, PINK1, DJ-1, dan LRRK2
(mutasi gen ini dapat menyebabkan Parkinson) secara klinis.
E. TERAPI
PARKINSON
1. Agonis Dopamin
Agonis dopamin seperti bromocriptine,
pergolide,
pramipexole,
ropinirole,
cabergoline,
apomorphine, dan lisuride cukup efektif. Masing-masing memiliki efek samping
seperti somnolence, halusinasi,
ataupun insomnia. Agonis dopamin mulai beraksi melalui stimulasi beberapa
reseptor dopamin. Akan tetapi mereka menyebabkan reseptor dopamin menjadi
kurang sensitif secara progresif, dengan cara demikian dapat meningkatkan
gejalanya.
Agonis dopamin berguna untuk
pasien yang mengalami fluktuasi dan diskinesis sebagai hasil dosis yang tinggi
dari L-Dopa. Apomorfin dapat diberikan melalui injeksi subkutan. Apomorfin termasuk D1 dan D2 agonis, diberikan secara injeksi
subkutan, penggunaan obat ini menghasilkan masalah dengan fluktuasi motorik dan
terjadi 'on-off' fluctuations yang tidak dapat dengan mudah diatasi
dengan obat lain. Karena itu penggunaan obat ini harus diawasi oleh specialist Parkinson's clinic.
2. Inhibitor MAO-B
Selegiline
and rasagiline mengurangi gejala yang timbul dengan menghambat monoamin
oksidase-B (MAO-B),sehingga menghambat pemecahan dopamin yang disekresikan
saraf dopaminergik. Produk samping dari selegiline meliputi amfetamin dan
methamphetamine, yang dapat menimbulkan efek samping seperti insomnia. Kegunaan
L-Dopa dalam konjungsi dengan selegiline meningkatkan angka kematian yang belum
dijelaskan secara efektif. Efek samping lain yang dapat ditimbulkan dalam
kombinasi tersebut adalah stomatitis.
3. Levodopa
Gambar 5. Stalevo untuk terapi parkinson
Karena dopamin tidak dapat
menembus blood brain barrier, sedangkan
prekursornya yaitu levadopa dapat menembus, maka secara umum digunakan
banyak bentuk dari L-dopa untuk terapi kekurangan dopamin. L-dopa diubah
menjadi dopamin pada saraf dopaminergik oleh L-asam amino aromatis
dekarboksilase (dopa-dekarboksilase). Bagaimanapun hanya 1-5 % dari L-dopa yang
masuk ke saraf dopaminergik. Karena adanya feedback
inhibition, L-dopa menghasilkan pengurangan dalam formasi L-dopa endogen
sehingga menjadi counterproductive.
Namun karena L-dopa mengalami metabolisme periperal menghasilkan efek samping
(mual dan muntah) dan menurunkan pengiriman L-dopa, biasanya dikombinasikan
dengan peripheral decarboxylase inhibitor.
Contoh obatnya adalah Carbidopa (contoh: Sinemet), dan benserazide (contoh:
Madopar) yang merupakan dopa decarboxylase inhibitors. Mereka mencegah metabolisme dari
L-dopa sebelum mencapai saraf dopaminergik dan biasanya digunakan dalam
kombinasi keduanya.
4. Antikolinergik
Kategori obat
berefek pada neurotransmitter lain di tubuh untuk mengatasi beberapa gejala
dari PD. Sebagai contah, obat antikolinergik
yang menurunkan aktivitas dari neurotransmitter asetilkolin. Obat ini mengurangi
tremor dan kekakuan otot yang dapat dihasilkan dari pemasukan asetilkolin lebih
banyak dibanding dopamin. Obat ini mempunyai efek antiparkinson yang lemah dan
lebih efektif untuk tremor. Obat ini seharusnya dihentikan secara perlahan
untuk mencegah rebound worsening dari
gejala Parkinson.Contoh obat: Benzhexol
5. Antidepresan
Kategori dari obat-obat yang diresepkan
untuk PD termasuk pengobatan yang menolong kontrol dari gejala non-motorik dari
PD. Sebagai
contoh, orang dengan PD sering dihubungkan dengan depresi, sehingga diresepkan
antidepresan.
6. COMT inhibitors
Contoh: Tolcapone, Entacapone. Termasuk obat baru dan
di Inggris Tolcapone tidak digunakan lagi karena menyebabkan kerusakan hati.
Mereka termasuk COMT inhibitors
(catechol-O-methyltransferase inhibitors) dan digunakan untuk memperlama
degradasi L-dopa. Penelitian lain menunjukkan bahwa mereka mempunyai pengaruh
dalam pengurangan on-off fluctuations dan
dyskinesias.
7. Operasi Pembedahan
Pada awalnya pembedahan (neurosurgery) merupakan hal yang biasa,
namun sejak ditemukannnya levodopa, pembedahan hanya dilakukan pada sedikit
kasus. Pembedahan dilakukan untuk ornag dengan PD yang terapi obatnya tidak
mencukui dalam waktu lama. Deep brain stimulation sekarang banyak
digunakan untuk metode pembedahan, namun terapi pembedahan yang lain yang lebih
menjanjikan antara lain pembedahan pada subthalamic nucleus dan pada bagian
internal dari globus
pallidus, prosedurnya disebut palidotomi.
Namun banyak terapi parkinson
yang sukses tidak hanya dengan pengobatan. Terapi yang mempengaruhi
keberhasilan dalam pengobatan adalah kondisi perawatan pasien, fisioterapi,
terapi bicara (dengan Lee Silverman Voice
Treatment (LSVT)), diet dan olahraga fisik seperti yoga, tai chi, dan
menari dapat menjaga dan meningkatkan mobilitas, flesksibilitas, keseimbangan,
dan pergerakan dari pasien PD. Faktor lain yang berpengaruh pada pasien PD
adalah adanya dukungan emosional untuk pasien PD dari orang-orang di
sekitarnya.
0 comments:
Post a Comment