Dua hal
yang harus diperhatikan oleh perusahaan yang beroperasi di dalam industri yang
bersaing sempurna untuk mendapatkan laba maksimum. Sehubungan dengan
keputusan output adalah kondisi permintaan dan penawaran pasar serta
struktur produksi dan biaya perusahaan.
Kondisi permintaan dan penawaran
pasar akan menentukan harga keseimbangan pasar yang otomatis akan menjadi harga
jual dari produk yang dihasilkan.
Permintaan
dan penawaran pasar ditentukan oleh konsumen dan produsen secara keseluruhan di pasar,
sehingga harga pasar berada di luar kontrol satu buah perusahaan di dalam pasar
tersebut dengan kata lain, satu perusahaan secara individu tidak
mempunyai kekuasaan untuk mempengaruhi harga pasar, karena secara relatif ukuran satu perusahaan
sangat kecil terhadap pasar.
Kondisi pasar dan kurva permintaan
perusahaan keseimbangan permintaan pasar (DPasar)
dan penawaran (SPasar) menentukan harga keseimbangan pasar Pk, pada
harga Pk inilah sebuah perusahaan dapat menjual berapapun output yang
dihasilkan, sehingga dengan demikian kurva permintaan sebuah perusahaan
bersaing akan horisontal yang ditunjukkan oleh garis horisontal pada 6.9 kiri
(DPerusahaan). Kurva permintaan satu perusahaan yang elastis
sempurna ini menunjukkan bahwa jika perusahaan menaikkan harga jual outputnya
sedikit saja di atas harga pasar, maka semua konsumennya akan beralih ke
produsen lain, sehingga penjualan perusahaan yang menaikkan harga jual itu sama
dengan nol.
Secara grafik, penentuan tingkat output
optimal perusahaan dalam industri bersaing ditunjukkan oleh gambar 6.10. Jika
harga pasar adalah Pb, maka Pb memotong
kurva BM pada tingkat output Qb. Qb ini menunjukkan tingkat output optimal
perusahaan yaitu tingkat output yang memaksimumkan laba. Pada tingkat output
yang lebih
kecil dari Qb, harga lebih besar dari biaya marjinal. Ini berarti jika perusahaan meningkatkan produksi, tambahan
penerimaan yang diperoleh lebih besar dari tambahan biayanya. Pada kondisi yang
lain, dimana tingkat output yang
diproduksi lebih besar dari Qb, maka tambahan biaya perusahaan dari output yang lebih besar dari Qb, maka tambahan biaya perusahaan penerimaan oleh karena itu perusahaan harus
menurunkan tingkat produksinya. Jadi
tingkat output yang optimal perusahaan adalah pada Qb. Daerah yang diarsir pada gambar 6.10 menunjukkan laba total
yang diraih perusahaan. Pada output sebesar Qb, biaya rata-rata
perusahaan adalah AC, Qb. Dengan demikian laba
yang diperoleh perusahaan dari tiap unit output adalah (Pb-AC,Qb).
Laba ini di dalam
ekonomi disebut laba ekonomi atau laba di atas normal. Jika harga pasar yang
terjadi Pb sama dengan AC maka
penerimaan total perusahaan akan sama dengan
biaya totalnya. Situasi ini disebut sebagai perusahaan mendapat laba
ekonomi nol atau laba normal. Pada situasi tertentu sebagai penerima harga,
perusahaan bersaing mungkin tidak bisa menghindar dari kerugian. Jika kondisi ini yang dihadapi maka hal yang terbaik yang
dapat dilakukan adalah meminimalkan kerugian yang mungkin diderita.
Sebagai ilustrasi dapat diperhatikan gambar 6.11 harga pasar yang terjadi
dimisalkan adalah Pb yang
terletak diantara BR minimum dan AC minimum dan AVC minimum. Tingkat output yang optimal (kerugian minimum) bagi perusahaan pada harga Pb terjadi pada kondisi Pb= MC, yaitu
tingkat output Qb. Pada Qb perusahaan akan mengalami kerugian. Karena Pb
> AVC, maka dari setiap unit Q yang terjual, perusahaan memperoleh penerimaan
yang lebih besar dari biaya variabel
yang dikeluarkan. Dengan kata lain total penerimaan yang akan diperoleh perusahaan dari output sebesar Qb akan dapat menutup, selunuh biaya variabel total
yang dikeluarkan untuk memproduksi Qb
tersebut, bahkan masih tersisa. Akan tetapi karena Pb < BR, berarti
sebagian dari biaya tetap perusahaan tidak dapat tertutup, sebagian lagi dapat tertutup dari sisa penerimaan yang digunakan untuk menutup biaya variabel.
Bagaimana
jika perusahaan memutuskan untuk tidak berproduksi? Kerugian perusahaan akan lebih besar yaitu sebesar seluruh biaya
tetapnya. Sebagai kesimpulan jika harga pasar yang terjadi terletak antara BR
dengan AVC, maka perusahaan akan
mengalami kerugian. Untuk meminimalkan kerugian,
lebih baik perusahaan terus berproduksi dibandingkan kerugian dengan tidak
berproduksi sama sekali.
Bagaimana seandainya Pb = AVC minimum? Jika ini yang terjadi
maka penerimaan total perusahaan akan sama
dengan TVC yang berarti penerimaan
perusahaan hanya cukup untuk menutup biaya variabel saja. Kerugian perusahaan adalah sebesar seluruh biaya
tetapnya. Bagaimana jika perusahan
berhenti berproduksi? Kerugiannya akan sama yaitu sebesar seluruh biaya
tetapnya. Jadi pada kondisi ini konsekuensi dari berproduksi atau tidak adalah sama, perusahaan mengalami
kerugian sebesar biaya tetapnya.
Dengan demikian kerugian perusahaan lebih besar
dari biaya tetapnya. Untuk meminimalkan kerugian lebih baik bagi perusahaan
untuk menghentikan produksi, sehingga kerugian perusahaan hanya sebesar biaya
tetapnya saja.
0 comments:
Post a Comment