Ekosistem pegunungan bawah memiliki keragaman jenis pohon serta individu yang lebih tinggi dari zona lainnya. Membuat ekosistem berupa flora – fauna dan plasma nuftah dikawasan ini beragam sesuai dengan tingkat tipe ketinggian perbukitan. Untuk di Desa Nanga Kalan sendiri, masuk ke dalam tipe zona tropika yang mana di sekitarnya banyak terdapat jenis kayu belian dan pepohonan buah-buhan yang bersifat keras (cempedak, langsat, durian) secara alamiah. Keadaan flora juga didominasi akan jenis hama bagi peladang, seperti kijang, pelanduk, trenggiling, babi, kera serta jenis predator pada belalang1.
Perubahan ekosistem yang disebabkan oleh aktivitas kehutanan, menyebabkan hilangnya rantai kehidupan di sekitar Desa Kalan dengan serangan hama belalang. Kejadian hama belalang ini pada musim panen tahun 2005, yang menyebabkan gagal panen dan memperoleh kerugian sekitar 2 juta per KK yang membuka ladang1.
Di kawasan mendalam yang merupakan kawasan TNBK dan berada di tengah Pegunungan Kapuas Hulu dan Peg Muller yang terletak di kabupaten Kapuas Hulu, terdapat jenis endemic kayu atau pohon Kalimantan kerabat kayu gaharu serta jenis endemic primata Kalimantan merupakan suatu potensi tersendiri dalam peruntukan kawasan konservasi. Namun dengan potensi ini mengakibatkan tergiur pengusaha kehutanan untuk memanfaatkan potensi kayu yang ada di dalam hutannya. Ini terjadi suatu kehilangan jenis flora-fauna yang dianggap saklar oleh masyarakat di sekitar kawasan Mendalam hilang bahkan punah, seperti jenis kayu belian, meranti, mayas (orang utan), enggang gading dan burung pungkapung/kroak sejenis burung untuk menunjukan keberuntukan kawasan perladangan. Dari jenis flora dan fauna yang dulunya dimiliki di sekitar kawasan Mendalam, dipercaya oleh masyarakat sebagai suatu pemebritahuan musim, karena dengan adanya burung enggang sering dipercaya kemunculannya dan suaranya tersebut menandakan akan terjadinya suatu perubahan musim1.
Berdasarkan Management Plan 25 tahun TNBB-TNBR, ekosistem hutan Dipterocarpaceaea terletak 100 - 1.000 mdpl, hutan perbukitan 1.000 – 1.500 mdpl, hutan pegunungan 1.500 – 2.000 mdpl, hutan lumu > 2.000 mdpl atau <>
Tipe Zona Tropika; tersebar di seluruh areal
Tipe Ekosistem Pegunungan Bawah; tersebar di ketinggian 1.000 – 1.500 mdpl seluas 58.489,26 Ha (32,30%) dari luas kawasan, mencakup hutan primer ± 45.637,8 Ha, hutan bekas tebangan ± 9.587,07%, non hutan ± 2.340,03 Ha. Tipe Pegunungan Atas; menyebar di ketinggian > 1.500 mdpl seluas 6.930 Ha (3,83%) dari luas kawasan, mencakup hutan primer ± 6.420, 93 Ha, bekas hutan tebangan ± 299,81 Ha. Ekosistem pegunungan bawah memiliki keragaman jenis pohon serta individu yang lebih tinggi dari zona lainnya.
Flora
Telah terinventarisasi ada 817 jenis (610 marga dalam 139 suku).vegetasi hutan ekosistem tropika tersebar di sepanjang Sungai Jelundung, Serawai dan sungai kecil lainnya dengan jenis khas Dipterocarpus oblongifolius, Salacca zalacaa, Neuclea rivularis, Osmoxylon helleborinum, Pinanga rivularis, Saurauria angustifolia, Dipteres lobiana, Asplenium sabaquatile, Tectaria hosei, Bolbitis sinuatar Jenis umum, Pandanus sp., Elaeocarpus glaber, Ficus riber, Ficus microcarpa, Ficus macrostyla, Michelia sp., Artocarpus altilis, Pometia piƱata, Pterospemum sp., Rhododenron sp., Schefflera sp., Dillenia beccariana, Lithocarpus cooertus dan Knema sp. Pada ketinggian 250 -700 mdpl pada lereng bukit di dominasi famili Dipterocarpaceaea, genus Shorea spp, Hopea spp, Agathis bomeensis. Ketinggian 700 – 1.000 mdpl di dominasi famili Dipterocarpaceaea juga Myrtaceae, Sapotaceae, Lauraceae, Euphorbiaceaea dan ada Rafflesia tuan-mudae Becc, Palem-paleman (Areca spp, Igunura walici, Pinanga spp). Ketinggian 1.000 – 1.200 mdpl terdapat hutan kerangas dari suku Myrtaceae jenis (Syzigium rhamphiphyllum, Syzigium rosttratum, Syzigium lineatum). Ketinggian 1.200 – 1.600 mdpl hutan tipe kerangas dengan suku Euphorbiaceae, Sapotaceae, Lauraceae, Fagaceae dengan jenis Aporosa sp, Palaquium dasyphyllum, Litsea densifolia, Baccaurea racemosa, Listhocarpus ewyckii. Ketinggian 2.000 – 2.278 mdpl ditemukan hutan lumut yang di dominasi dari suku Ericaceae, Rubiaceae serta jenis palma dan liana, juga ditemukan anggrek (Apendicula alba, Trichostosia lanseolaris, Trischostosia velutina). Selain itu juga ada jenis tumbuhan ‘Bungon Pemaceh’ sebagai obat kontrasepsi, pasak bumi ‘Seloang Belum’ sebagai obat kuat (tonik), ‘Ramoy’ sebagai obat diare, Liana ‘Kanyong’ sebagi racun di ujung tombak atau anak panah, ‘Bayan Akah’ kulit berwarna kuning sebagai pematik api.
Fauna
Terdapat 221 jenis yang telah diidentifikasi, terdiri dari 65 jenis mamalia, 140 jenis aves (burung), 9 jenis reptilian, 7 jenis amphibian. Jenis Primata dari ketinggian 100 – 1.200 mdpl ada lutung, Wau-wau tangan hitam, Kelasi; dikawasan punggung perbukitan sekitar sungai Ella terdapat jalur jelajah Orang utan dan Singapuar. Di sekitar kawasan terbuka (kawasan HPH dan sekitar ladang) terdapat Rusa sambar, jenis Ungulata (Kancil, Napu, Kijang), Musang congkok, Musang bogoh, Musang bergaris, Linsang bergaris, Tenggalung, Kucing hutan. Pada sekitar lereng ketinggian 400 – 700 mdpl terdapat landak, beruang, tupai besar, tupai bergaris, tupai hitam bergaris. Binatang pengerat pada ketinggian 2.000 mdpl ada Tupai pohon, bajing kecil, bajing tanah bergaris tiga, bajing tanah, bajing kelapa. Informasi dari masyarakat binatang yang punag ada Badak, Tembadau (Banteng), Ikn duyung (Duyung Irawadi). Burung terdapat 8 jenis endemic Borneo, 52 jenis burung dilindungi UU, 2 jenis burung ‘new record’ (Punai Imbuk, Uncal merah), Burung Ruai, burung Kuau kerdil Burung Enggang gading. Jenis Herpetofauna seperti Kodok ada 91 jenis, seperti Kodok Bako dan Ular 168 jenis, biawak hijau, ular Lamaria schegeli, kadal Spenomorphus sp, kura-kura. Jenis insekta seperti keluing pil raksasa, keluing biasa keluing raksasa, keluing bergerigi, kelabang, serangga ranting dan daun (belalang ranting dan muda), jenis Tongerert. Jenis Capung seperti capung jarum ekor porok, capung jarum merah capung jarum zamrud, bangsa capung (sibar-sibar betina, sibar-sibar merah, sibar-sibar putih susu, sibar-sibar cincin mas, sibar-sibar raja, sibar-sibar merah hitam, sibar-sibar hijau. Jenis Kupu-kupu seperti kupu-kupu sayap burung, kupu-kupu jeruk sayap panjang, kupu-kupu sayap burung paris, kupu-kupu jesebel.
Vegetasi di Bukit Raya secara vertikal dapat dibagi dalam zona-zona menurut ketinggian dan tipe tanah. Secara keseluruhan kawasan ini tertutup oleh vegetasi tingkat pohon yang penyebarannya bervariasi dari kaki bukit hingga ke puncak puncaknya. Vegetasi pada dataran rendah (kaki bukit) hingga ketinggian 400 m dpl menunjukkan kekhasan hutan hujan dataran rendah yang mengandung ± 30% species dari famili Dipterocarpaceae. Tipe vegetasi penyusun hutan berubah secara bertahap berdasarkan ketinggian tempat.
Jenis tumbuhan dan famili Dipterocarpaceae didominasi jenis Shorea spp dan Hopea spp. Sedangkan jenis lainnya terdapat Agathis bornencis dan beberapa jenis dari famili Myrtaceae dan Sapotaceae. Pada ketinggian antara 1.000 - 1.200 m dpl (sekitar Bukit Birang Merabai) dan di lereng Bukit Baka merupakan tipe hutan kerangas yang ditandai dengan dominannya jenis Podocarpus imbricatus. Sedangkan pada daerah puncak Bukit Raya ditemukan berbagai jenis dari famili Ericaceae.
Salah satu jenis flora dilindungi yang ditemukan di kawasan ini adalah Bunga Rafflesia spp. Diduga jenis tumbuhan ini memiliki persamaan dengan hasil penemuan di kawasan Taman Nasional Kinabalu Serawak Malaysia.
Jenis fauna yang menjadi primadona kawasan ini adalah jenis burung Enggang Gading (Buceros vigil). Burung jenis ini mempunyai kisaran jelajah yang tidak terlalu jauh dari sarangnya, yang dibuat di sepanjang sungai. Satwa liar lainnya yang sering dijumpai, diantaranya berbagai jenis mamalia darat, seperti Beruang madu (Helarctos malayanus), Macan dahan (Neofalis nebulosa), Babi hutan (Sus barbatus), Kancil (Tragulus sp) dan berbagai jenis Primata, terutama Kelempiau/Owa (Hylobathes agilis).
Pegunungan Iban : Kawasan ini memiliki kenakeragaman hayati yang berlimpah. Penelitian-penelitian yang berusaha menggali potensi keanekaragaman hayati terus berlangsung. Pada tahun 1997 telah dilakukan Borneo Biodiversity Expedition to the Trans-Boundary Conservation Area of Betung-Kerihun National Park (West Kalimantan, Indonesia) and Lanjak-Kentimau Wildlife Sanctuary (sarawak, Malaysia) yang merupakan daerah Green Belt Pegunungan Iban disponsori oleh ITTO
0 comments:
Post a Comment