KANDUNGAN
Secara ilmiah Curcuma Mangga juga terbukti sebagai anti-kanker. Riset Kunlanat Makboon, Kittisak Likhitwitayawuid dan Nijsiri Ruangrungsi di Fakultas Ilmu Farmasi, Universitas Chulalongkom, Bangkok, Thailand, menunjukkan Temu Mangga mengandung minyak Asiri. Kandungan utamanya adalah Monoterpen, Myrcene, Phellandrene dan Trans-Ocimene. Minyak Asiri itu terbukti ampuh mengatasi kanker. Khasiat anti-kanker minyak Asiri Temu Mangga juga dibuktikan oleh Irma Velianara di Pusat Bioteknologi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Ia menguji minyak asiri Curcuma Mangga pada sel Meiloma secara in vitro. Pemberian 125 µl/ml ekstrak Asiri rimpang Temu Mangga terbukti mampu memberikan efek Sitotoksik pada sel Meiloma. Itu terlihat dari adanya aktivitas anti-Proliferasi atau terhambatnya penggandaan sel dan Apoptosis atau proses bunuh diri sel. Akibatnya sel kanker mati dan tidak berkembang biak. Selain itu Temu Mangga juga anti-Angiogenesis. Angiogenesis atau Neovaskularisasi merupakan pembentukan pembuluh darah baru di jaringan tubuh. Pembuluh darah itu memasok nutrisi dan oksigen untuk pertumbuhan sel kanker. Bila Angiogenesis dihambat alias anti-Angiogenesis maka pertumbuhan sel kanker terhalang. Fajjarini Budi Utami dan Saepudin, M.Si, Apt. Periset di Jurusan Farmasi Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, membuktikan sifat anti-Angiogenesis Temu Mangga.
PENELITIAN LAIN
Salah satu antitumor promoter adalah curcumin (rimpang kunyit dan temu-temuan seperti temu putih). Menurut penelitian Kuo ML, Huang TS, dan Lin JK dari Toxicology College of Medicine, Universitas Nasional Taiwan, curcumin mengandung antioksidan dan juga antitumor promoter. Dalam laporannya yang dipublikasikan di Taipeh, Taiwan disebutkan, curcumin yang digunakan sebagai bumbu dan pewarna makanan itu memiliki zat aktif antioksidan, antiradang, dan antitumor. Menurut hasil penelitian mereka, curcumin menghambat sel promyelocitik leukemia HL-60 (dalam kanker darah) dengan konsentrasi rendah sekitar 3,5 mikrogram/ml. Bahkan, daya hambat curcumin itu semakin tinggi bila dosisnya ditingkatkan.
Prof Dr dr Sjamsuridjal Djauzi, direktur utama RS Kanker Dharmais (RSKD) mengatakan, penelitian berbagai terapi untuk kanker terus dilakukan. "Kami terus mencoba melakukan penelitian terhadap berbagai bahan dan metode untuk terapi kanker. Salah satunya seperti yang dilakukan di Kuba yang kami berminat untuk menerapkannya di sini, seperti lewat vaksin." Langkah penelitian lainnya, lanjut Sjamsuridjal, adalah yang dilakukan oleh RSKD bekerja sama dengan Jurusan Farmasi FMIPA UI dan Jurusan Farmasi Universitas Tujuh Belas Agustus. Penelitian itu melibatkan tim yang terdiri atas Wan Lelly Heffen, Dewi Kristanti, Nurhuda, Erilia, Deby, Mirna, dan Ade Novi. Penelitian mereka berupaya menekan tumor promoter dengan beberapa komponen dari obat hasil alam. Studi fitokimia ini mempunyai keuntungan besar pada aplikasi klinis. Soalnya, daya toksositasnya rendah sehingga dapat digunakan dalam jangka waktu yang panjang. Pengujian potensi sitotoksik beberapa jenis tumbuhan telah dilakukan di RSKD terhadap kanker serviks sel line. Tumbuhan itu antara lain Curcuma zeodoaria (temu putih), Curcuma domestica (kunyit), dan Curcuma mangga (temu mangga), serta Phaleria macrocarpa Boerl. (mahkota dewa).
Dari penelitian tersebut, ternyata rimpang segar temu putih mempunyai potensi kematian sel kanker di atas 50 persen. Kemampuan ini pada konsentrasi 50, 100, 150, dan 200 mikrogram/ml. Sedangkan untuk sediaan jadi temu putih (ZF kapsul) mempunyai potensi kematian sel kanker di bawah 50 persen pada dosis yang sama. Sementara itu, daging buah segar mahkota dewa memiliki potensi kematian sel kanker di atas 50 persen pada konsentrasi 100, 150, dan 200 mikrogram/ml.
0 comments:
Post a Comment