Dalam membahas mengenai sudi farmakokinetika klinik, terdapat empat hal yang penting yaitu meliputi absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi.
1. Absorpsi
yaitu suatu proses dimana suatu obat masuk ke dalam sirkulasi sistemik. Di dalam studi farmakokinetika klinik yang menilai mengenai absorpsi, informasi mengenai kadar suatu obat dalam darah menjadi penting, karena hal itu akan berkaitan dengan cara pemberian obat. Kadar obat di dalam darah tentu akan berbeda jika obat diberikan secara oral dibandingkan dengan pemberian obat secara intravena. Untuk menilai keefektifan obat memasuki sirkulasi sistemik, tentu saja terdapat beberapa parameter yang harus dinilai meliputi bioavailabilitas yaitu fraksi obat dalam bentuk yang tidak berubah yang mencapai sirkulasi sistemik setelah pemberian melalui jalur apa saja, laju absorpsi dan banyaknya absorpsi. Untuk dosis obat intravena, bioavailabilitas diasumsikan sama dengan satu. Pada perbandingan cara pemberian oral dan intravena, perhitungan bioavailabilitas dan rasio absorpsi menjadi penting untuk mengklarifikasi pengaruh eliminasi lintas pertama (first-pass effect) yang terjadi pada pemberian oral. Untuk obat yang diberikan secara oral, bioavailabilitasnya mungkin kurang dari 100% berdasarkan dua alasan utama: banyaknya obat yang diabsorpsi tidak sempurna dan adanya eliminasi lintas pertama.
2. Distribusi
Satu parameter yang penting adalah mengenai volume distribusi (Vd). Volume distribusi adalah suatu volume yang mengandung sejumlah obat pada cairan-cairan tertentu di dalam tubuh (volume hipotesis penyebaran obat dalam cairan tubuh). Volume distribusi menghubungkan jumlah obat dalam tubuh dengan konsentrasi obat (C) dalam darah atau plasma.
Obat–obat yang memiliki volume distribusi yang sangat tinggi mempunyai konsentrasi yang lebih tinggi di dalam jaringan ekstravaskular daripada obat-obat yang berada dalam bagian vaskular yang terpisah, yakni obat-obat tersebut tidak didistribusikan secara homogen. Sebaliknya, obat-obat yang dapat bertahan secara keseluruhan di dalam bagian vaskular yang terpisah, pada dasarnya mempunyai kemungkinan minimum Vd yang sama dengan komponen darah di mana komponen-komponen tersebut didistribusi.
3. Metabolisme
Proses alternatif yang memiliki kemungkinan menuju pada penghentian atau perubahan aktivitas biologis adalah metabolisme. Peran metabolisme dalam inaktivasi obat-obat larut lemak cukup luar biasa. Sebagai contoh, barbiturate lipofilik seperti thiopental dan pentobarbital mempunyai waktu paruh yang sangat panjang kalau bahan tersebut tidak dimetabolisme menjadi senyawa larut air. Dalam hal tertentu, sebagian besar biotransformasi metabolik terjadi pada suatu tahap diantara penyerapan obat ke dalam sirkulasi umum dan eliminasi melalui ginjalnya. Beberapa transformasi terjadi di dalam lumen usus atau dinding usus. Secara umum, semua reaksi ini dapat dimasukkan dalam satu dari dua kategori utama yang disebut reaksi-reaksi fase I dan fase II. Metabolisme yang terjadi di usus halus harus diperhitungkan pada saat pemberian obat secara oral oleh karena isoform enzim sitokrom P450 ( CYP3A4) banyak dijumpai dalam usus halus. Dapat dikatakan bahwa metabolime merupakan proses awal dari ekskresi.
4. Ekskresi
Penting untuk memperhatikan sifat aditif dari klirens. Eliminasi obat dari tubuh meliputi proses-proses yang terjadi di dalam ginjal, paru, hati dan organ lainnya. Dengan membagi laju eliminasi pada setiap organ dengan konsentrasi obat yang menuju pada organ menghasilkan klirens pada masing-masing organ tersebut. Kalau digabungkan, klirens-klirens yang terpisah ini sama dengan klirens sistemik total. Dua lokasi utama eliminasi obat adalah kedua ginjal dan hati. Klirens dari obat yang tidak berubah di dalam urine menunjukkan klirens ginjal. Di dalam hati, eliminasi obat terjadi melalui biotransformasi obat induk pada satu metabolit atau lebih, atau ekskresi obat yang tidak berubah ke dalam empedu atau kedua-duanya.
1. Absorpsi
yaitu suatu proses dimana suatu obat masuk ke dalam sirkulasi sistemik. Di dalam studi farmakokinetika klinik yang menilai mengenai absorpsi, informasi mengenai kadar suatu obat dalam darah menjadi penting, karena hal itu akan berkaitan dengan cara pemberian obat. Kadar obat di dalam darah tentu akan berbeda jika obat diberikan secara oral dibandingkan dengan pemberian obat secara intravena. Untuk menilai keefektifan obat memasuki sirkulasi sistemik, tentu saja terdapat beberapa parameter yang harus dinilai meliputi bioavailabilitas yaitu fraksi obat dalam bentuk yang tidak berubah yang mencapai sirkulasi sistemik setelah pemberian melalui jalur apa saja, laju absorpsi dan banyaknya absorpsi. Untuk dosis obat intravena, bioavailabilitas diasumsikan sama dengan satu. Pada perbandingan cara pemberian oral dan intravena, perhitungan bioavailabilitas dan rasio absorpsi menjadi penting untuk mengklarifikasi pengaruh eliminasi lintas pertama (first-pass effect) yang terjadi pada pemberian oral. Untuk obat yang diberikan secara oral, bioavailabilitasnya mungkin kurang dari 100% berdasarkan dua alasan utama: banyaknya obat yang diabsorpsi tidak sempurna dan adanya eliminasi lintas pertama.
2. Distribusi
Satu parameter yang penting adalah mengenai volume distribusi (Vd). Volume distribusi adalah suatu volume yang mengandung sejumlah obat pada cairan-cairan tertentu di dalam tubuh (volume hipotesis penyebaran obat dalam cairan tubuh). Volume distribusi menghubungkan jumlah obat dalam tubuh dengan konsentrasi obat (C) dalam darah atau plasma.
Obat–obat yang memiliki volume distribusi yang sangat tinggi mempunyai konsentrasi yang lebih tinggi di dalam jaringan ekstravaskular daripada obat-obat yang berada dalam bagian vaskular yang terpisah, yakni obat-obat tersebut tidak didistribusikan secara homogen. Sebaliknya, obat-obat yang dapat bertahan secara keseluruhan di dalam bagian vaskular yang terpisah, pada dasarnya mempunyai kemungkinan minimum Vd yang sama dengan komponen darah di mana komponen-komponen tersebut didistribusi.
3. Metabolisme
Proses alternatif yang memiliki kemungkinan menuju pada penghentian atau perubahan aktivitas biologis adalah metabolisme. Peran metabolisme dalam inaktivasi obat-obat larut lemak cukup luar biasa. Sebagai contoh, barbiturate lipofilik seperti thiopental dan pentobarbital mempunyai waktu paruh yang sangat panjang kalau bahan tersebut tidak dimetabolisme menjadi senyawa larut air. Dalam hal tertentu, sebagian besar biotransformasi metabolik terjadi pada suatu tahap diantara penyerapan obat ke dalam sirkulasi umum dan eliminasi melalui ginjalnya. Beberapa transformasi terjadi di dalam lumen usus atau dinding usus. Secara umum, semua reaksi ini dapat dimasukkan dalam satu dari dua kategori utama yang disebut reaksi-reaksi fase I dan fase II. Metabolisme yang terjadi di usus halus harus diperhitungkan pada saat pemberian obat secara oral oleh karena isoform enzim sitokrom P450 ( CYP3A4) banyak dijumpai dalam usus halus. Dapat dikatakan bahwa metabolime merupakan proses awal dari ekskresi.
4. Ekskresi
Parameter dalam
farmakokinetika klinik
Dalam membahas mengenai
sudi farmakokinetika klinik, terdapat empat hal yang penting yaitu meliputi
absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi.
1.
Absorpsi
yaitu suatu proses dimana suatu obat
masuk ke dalam sirkulasi sistemik. Di dalam studi farmakokinetika klinik yang
menilai mengenai absorpsi, informasi mengenai kadar suatu obat dalam darah
menjadi penting, karena hal itu akan berkaitan dengan cara pemberian obat.
Kadar obat di dalam darah tentu akan berbeda jika obat diberikan secara oral
dibandingkan dengan pemberian obat secara intravena. Untuk menilai keefektifan
obat memasuki sirkulasi sistemik, tentu saja terdapat beberapa parameter yang
harus dinilai meliputi bioavailabilitas yaitu fraksi obat dalam bentuk yang
tidak berubah yang mencapai sirkulasi sistemik setelah pemberian melalui jalur
apa saja, laju absorpsi dan banyaknya absorpsi. Untuk dosis obat intravena, bioavailabilitas
diasumsikan sama dengan satu. Pada perbandingan cara pemberian oral dan
intravena, perhitungan bioavailabilitas dan rasio absorpsi menjadi penting untuk
mengklarifikasi pengaruh eliminasi lintas pertama (first-pass effect) yang terjadi pada pemberian oral. Untuk obat
yang diberikan secara oral, bioavailabilitasnya mungkin kurang dari 100%
berdasarkan dua alasan utama: banyaknya obat yang diabsorpsi tidak sempurna dan
adanya eliminasi lintas pertama.
2.
Distribusi
Satu parameter yang penting adalah
mengenai volume distribusi (Vd). Volume distribusi adalah suatu volume yang
mengandung sejumlah obat pada cairan-cairan tertentu di dalam tubuh (volume
hipotesis penyebaran obat dalam cairan tubuh). Volume distribusi menghubungkan
jumlah obat dalam tubuh dengan konsentrasi obat (C) dalam darah atau plasma.
Vd
Obat–obat
yang memiliki volume distribusi yang sangat tinggi mempunyai konsentrasi yang
lebih tinggi di dalam jaringan ekstravaskular daripada obat-obat yang berada
dalam bagian vaskular yang terpisah, yakni obat-obat tersebut tidak
didistribusikan secara homogen. Sebaliknya, obat-obat yang dapat bertahan
secara keseluruhan di dalam bagian vaskular yang terpisah, pada dasarnya
mempunyai kemungkinan minimum Vd yang sama dengan komponen darah di mana
komponen-komponen tersebut didistribusi.
3.
Metabolisme
Proses alternatif yang memiliki
kemungkinan menuju pada penghentian atau perubahan aktivitas biologis adalah
metabolisme. Peran metabolisme dalam inaktivasi obat-obat larut lemak cukup
luar biasa. Sebagai contoh, barbiturate lipofilik seperti thiopental dan
pentobarbital mempunyai waktu paruh yang sangat panjang kalau bahan tersebut
tidak dimetabolisme menjadi senyawa larut air. Dalam hal tertentu, sebagian
besar biotransformasi metabolik terjadi pada suatu tahap diantara penyerapan
obat ke dalam sirkulasi umum dan eliminasi melalui ginjalnya. Beberapa
transformasi terjadi di dalam lumen usus atau dinding usus. Secara umum, semua
reaksi ini dapat dimasukkan dalam satu dari dua kategori utama yang disebut
reaksi-reaksi fase I dan fase II. Metabolisme yang terjadi di usus halus harus
diperhitungkan pada saat pemberian obat secara oral oleh karena isoform enzim
sitokrom P450 ( CYP3A4) banyak dijumpai dalam usus halus. Dapat dikatakan bahwa
metabolime merupakan proses awal dari ekskresi.
4.
Ekskresi
Parameter yang penting adalah klirens (clearance), yaitu suatu faktor yang
memprediksi laju eliminasi yang berhubungan dengan konsentrasi obat.
Penting
untuk memperhatikan sifat aditif dari klirens. Eliminasi obat dari tubuh
meliputi proses-proses yang terjadi di dalam ginjal, paru, hati dan organ
lainnya. Dengan membagi laju eliminasi pada setiap organ dengan konsentrasi
obat yang menuju pada organ menghasilkan klirens pada masing-masing organ
tersebut. Kalau digabungkan, klirens-klirens yang terpisah ini sama dengan klirens
sistemik total. Dua lokasi utama eliminasi obat adalah kedua ginjal dan hati.
Klirens dari obat yang tidak berubah di dalam urine menunjukkan klirens ginjal.
Di dalam hati, eliminasi obat terjadi melalui biotransformasi obat induk pada
satu metabolit atau lebih, atau ekskresi obat yang tidak berubah ke dalam
empedu atau kedua-duanya.
Penting untuk memperhatikan sifat aditif dari klirens. Eliminasi obat dari tubuh meliputi proses-proses yang terjadi di dalam ginjal, paru, hati dan organ lainnya. Dengan membagi laju eliminasi pada setiap organ dengan konsentrasi obat yang menuju pada organ menghasilkan klirens pada masing-masing organ tersebut. Kalau digabungkan, klirens-klirens yang terpisah ini sama dengan klirens sistemik total. Dua lokasi utama eliminasi obat adalah kedua ginjal dan hati. Klirens dari obat yang tidak berubah di dalam urine menunjukkan klirens ginjal. Di dalam hati, eliminasi obat terjadi melalui biotransformasi obat induk pada satu metabolit atau lebih, atau ekskresi obat yang tidak berubah ke dalam empedu atau kedua-duanya.
0 comments:
Post a Comment