Lembaga negara, organ negara atau badan negara
merupakan nomenklatur yang diberikan
pada pengemban fungsi dalam sistem
penyelenggaraan negara, yang harus bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama
yang ditetapkan. Setiap kali dirasakan kebutuhan untuk membentuk satu organ
negara atau lembaga negara dalam rangka penyelenggaraan kekuasaan negara, maka
kita akan menghadapi beberapa persoalan
yaitu: i) pengadaan lembaga negara, dalam arti siapa yang membentuk dan
mengadakan lembaga tersebut, ii) bagaimana mekanisme pengisian lembaga dimaksud apakah melalui
pemilihan atau melalui pengangkatan, iii)
apa tugas dan wewenangnya, dan iv) bagaimana pengaturan hubungan kekuasaan
antar lembaga negara satu sama lain. Menurut Logeman, negara merupakan organisasi otoritas yang mempunyai fungsi
yaitu jabatan. Jabatan tinggal tetap, pemangku jabatan silih berganti; wewenang
dan kewajiban melekatkan diri pada jabatan; pemangku jabatan mewakili jabatan. Dikatakannya lebih lanjut bahwa negara itu adalah organisasi, yaitu suatu
perikatan fungsi-fungsi. Maka dengan fungsi itu dimaksudkan suatu lingkungan
kerja yang terperinci dalam rangkaian keseluruhan. Dalam hubungannya dengan
negara ia disebut jabatan. Negara adalah organisasi jabatan.
Salah
satu gejala yang sangat umum dewasa ini diseluruh dunia, adalah banyaknya lahir
organ-organ atau lembaga baru yang menjalankan juga tugas dan kewenangan
pemerintahan dan penyelenggaraan negara, diluar organisasi atau struktur
kekuasaan yang lazim atau utama, baik disebut secara khusus dalam UUD, maupun
dalam undang-undang atau hanya dengan peraturan yang lebih rendah. Hal ini
terjadi karena semakin luasnya tugas-tugas pemerintahan dalam penyelenggaraan
kepentingan umum, akan tetapi yang
dirasakan perlu dilakukan melalui partisipasi publik yang luas dan
demokratis maupun sebagai mekanisme
pengawasan yang lebih luas. Badan-atau organ yang bertumbuh tersebut sering
disebut sebagai komisi negara atau lembaga negara pembantu ((auxiliary state organ). Bahkan sebelum
reformasi pun, organ seperti ini, sudah sangat banyak dan sering dibentuk
sebagai jawaban atas permasalahan yang dihadapi, meskipun dalam kenyataan
jawaban dengan organ baru demikian, disamping menjadi beban secara keuangan,
justru menambah kerumitan dalam
penyelesaian masalah. Organ atau badan atau lembaga-lembaga independen ini,
baik di negara maju maupun negara berkembang, bertumbuh dengan kewenangan yang
bersifat regulatif, pengawasan dan monitoring, bahkan tugas-tugas yang bersifat
eksekutif. Bahkan kadang-kadang lembaga
independen demikian menjalankan ketiga fungsi sekaligus. Hal ini dimaksudkan
untuk memenuhi kebutuhan untuk
merampingkan organisasi Pemerintahan akibat tuntutan zaman untuk mengurangi
peran Pemerintahan yang sentralistis tetapi penyelenggaran negara dan
pemerintahan dapat berlangsung effektif, effisien dan demokratis dalam memenuhi
pelayanan publik. Jimly Asshiddiqie mencatat bahwa di Amerika Serikat
lembaga-lembaga independen dengan kewenangan regulasi, pengawasan atau monitoring
ini lebih dari 30-an. Akan tetapi , seperti ditulis oleh Kenneth F. Warren, pada awal Pemerintahan di
Amerika tidak ada badan independen yang memiliki kewenangan mengatur, namun
karena sentimen masyarakat terhadap penyalahgunaan ekonomi pasar bebas yang
terjadi pada 1800an, Pemerintah menjawab tuntutan masyarakat dengan pertama
kalinya membentuk Interstate Commerce
Commission, dan sejak itu sampai abad keduapuluh,
badan-badan independen demikian telah bertumbuh seperti raksasa dan sangat
berkuasa, yang mencerminkan problem dan tantangan yang kompleks dari satu
perubahan masyarakat Amerika pada abad baru ekplorasi ruang angkasa. Indonesia menurut catatan kami memiliki kurang lebih 44 lembaga, badan atau
komisi-komisi negara semacam ini, yang kemungkinan banyak diantaranya sudah
tidak aktif lagi karena memang ada yang dibentuk oleh Pemerintahan masa lalu,
yang mungkin tidak memperoleh anggaran
yang cukup lagi untuk mendukung kegiatannya, atau barangkali tidak dipandang
relevan lagi.
Semua badan, organ atau lembaga demikian, apakah bernama dewan, komisi
atau badan, yang menyelenggarakan (sebagian) fungsi pemerintahaan, secara umum
disebut juga lembaga negara, yang dibedakan dengan lembaga swadaya masyarakat
(LSM) yang kerap pula disebut dengan nama non-govermental organization (NGO).
Istilah-istilah lembaga, badan atau organ sering dianggap identik, sehingga
meskipun sesungguhnya dapat berbeda makna dan hakikatnya satu sama lain, orang
dapat menggunakan satu istilah untuk arti yang lain. Dalam pembicaraan kita
sekarang ini, yang penting untuk dibedakan apakah lembaga atau badan itu merupakan lembaga yang dibentuk oleh dan
untuk negara atau oleh dan untuk masyarakat. Lembaga apa saja yang dibentuk
bukan sebagai lembaga masyarakat dapat kita sebut sebagai lembaga negara.
Dalam topik pembicaraan kita mengenai ”Sengketa Kewenangan Antar Lembaga
Negara”, maka kata lembaga negara termuat hanya dalam pasal 24C ayat (1) UUD
1945, yang mengatur tentang kewenangan Mahkamah Konstitusi, dimana satu
diantaranya adalah ”memutus sengketa
kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang
Dasar”. Dengan kata-kata yang sama hal tersebut diulangi lagi dalam pasal
10 ayat (1) UU nomor 24 tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi. Kejelasan
tentang organ mana yang disebut sebagai lembaga negara menurut UUD 1945 sebelum
perubahan, baru dapat terlihat secara tegas dalam ketetapan MPRS, baik nomor
XX/MPRS/1966, Nomor XIV/MPRS/1966, nomor X/MPRS/1969 dan nomor III/MPR/1978.
Dari ketetapan MPRS dan MPR tersebut kita dapat melihat adanya kualifikasi
lembaga negara yang berbeda yaitu Lembaga Tertinggi Negara yang disebut MPR dan
Lembaga Tinggi Negara yaitu Presiden, DPA, DPR, BPK, dan Mahkamah Agung. MPR
dalam UUD 1945 sebelum perubahan adalah penjelmaan seluruh rakyat sebagai
pemegang kedaulatan, dan dalam realitasnya MPRlah yang memegang kekuasaan
negara yang tertinggi.Setelah UUD 1945 mengalami perubahan, kita juga tidak dapat menemukan kejelasan
definisi lembaga negara. Kalau dilakukan inventarisasi dalam UUD 1945 setelah
perubahan kita memang menemukan lembaga-lembaga negara yang disebut, baik
secara tegas yang dibentuk dan menerima
kewenangan dari UUD 1945, atau yang hanya disebut adanya satu lembaga untuk
fungsi tertentu, yang kemudian nama dan wewenangnya diatur dalam undang-undang
mengenai lembaga negara tersebut. Misalnya pasal 22 ayat (5) yang mengatur
bahwa ”pemilihan umum diselenggarakan
oleh suatu komisi pemilihan umum yang
bersifat nasional, tetap dan mandiri” dan ayat (6) menentukan bahwa ”ketentuan lebih lanjut tentang pemilihan
umum diatur dengan undang-undang”. Demikian juga pasal 23D UUD 1945 hanya
menyebut adanya satu bank sentral, yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan
independensinya diatur dengan undang undang.
Dari ketentuan tersebut juga dapat diketahui bahwa penyebutan adanya
lembaga negara dalam UUD belum dengan sendiri menentukan bahwa lembaga yang
akan dibentuk itu merupakan organ konstitusi sebagai lembaga negara yang
memperoleh kewenangannya dariUD 1945. Ada kalanya penyebutan dalam UUD 1945
merupakan penugasan kepada pembuat undang-undang untuk membentuk lembaga negara
tersebut yang menyangkut kewenangan, susunan, kedudukan dan tanggung jawabnya
dalam satu undang-undang. Dalam hal demikian dia menjadi organ atau lembaga
negara yang memperoleh kewenangannya dari undang-undang.
0 comments:
Post a Comment