Dampak Kultural Dalam Perdagangan


Analisis konsumen lintas budaya banyak dilakukan dengan semakin maraknya globalisasi, antara lain untuk mengetahui apa kesamaan dan perbedaan antara dua atau lebih budaya. Sehubungan dengan kesamaan standarisasi produk lebih dimungkinkan, sedangkan perbedaan selera dan pilihan produk antara konsumen lintas budaya mengharuskan pemasar mencari cara beradaptasi supaya produknya diterima dinegara sasaran. Ada kemungkinan standarisasi produk diikuti dengan cara-cara berbisnis dan pemasaran yang berbeda antara negara yang satu dengan negara yang lainnya. Banyak ahli beranggapan bahwa dalam pemasaran global, akulturasi sangat dibutuhkan. Dan akulturasi harus dilakukan oleh pemasar terhadap budaya lokal dan sebaliknya agar produk bisa diterima dipasar sasaran konsumen juga harus dipengaruhi untuk menerima nilai-nilai baru.     

Kesamaan dan perbedaan antara masyarakat
Perspektif pemasaran global menekankan kesamaan konsumen diseluruh dunia dan merupakan lawan dari strategi pasar lokal yang menekankan perbedaan konsumen pada bangsa-bangsa yang berbeda beserta orientasi budaya spesifik mereka. Nilai – nilai pada beberapa negara dapat berbeda dan memiliki keunikan antara yang satu dengan yang lainnya. Misalnya iklan perusahaan Jepang cendrung mempunyai komitmen yang kuat pada kelompok, ketergantungan secara sosial dan kolektivism (bekerja sama  antara  yang satu  dengan  yang lainnya) sedangkan iklan Amerika cendrung pada sikap individualisme, kurang tergantung secara sosial (bekerja mandiri), menerima ketidakpastian sebagai suatu hal yang biasa dan lebih suka bersaing untuk menjadi yang terbaik. Jika masuk pasar multinasional para pemasar harus siap menyesuaikan bauran pemasaran mereka dengan kebiasaan khusus setiap bangsa yang menjadi pasar sasaran.

Pertumbuhan kelas menengah global
Pertumbuhan kelas menengah di negara berkembang adalah sebuah fenomena sangat menarik bagi pemasar yang seringkali ingin mengidentifikasi pelanggan baru produk mereka. Di Cina pendapatan $1,500 adalah kelas menengah yang menjadi pertimbangan kekuatan membeli dan merupakan sebuah target televisi dan computer. Pada bagian lain pendapatan setara $5,000 menjadi point pertimbangan dimana seseorang menjadi kelas menengah dan telah diperkirakan lebih dari 1 milyar masyarakat yang berada dinegara berkembang memenuhi standar ini. Ini penting untuk catatan lebih dahulu bahwa konsumen pada beberapa negara kurang maju sering tidak bisa menghasilkan pembayaran sebanyak sebuah produk seperti konsumen pada ekonomi yang lebih maju lakukan.  
Akulturasi merupakan sebuah kebutuhan sudut pandang pemasaran
Banyak pemasar merenungkan ekspansi internasional membuat kesalahan strategi percaya bahwa jika produknya disukai oleh consumer local atau domestic selanjutnya seseorang akan menyukainya.    

Menerapkan teknik riset
Walaupun teknik dasar penelitian yang sama digunakan mempelajari konsumen domestic  bermanfaat untuk untuk mempelajari konsumen di negeri asing, pada analisis lintas budaya sebuah beban tambahan ada telah diperdebatkan karena bahasa dan penggunaan kata yang sering berbeda dari negara ke negara.

Terdapat empat dimensi budaya untuk menjelaskan variabilitas,yaitu :
  1. Power distance, pengaruh perbedaan kekuasaan ketika terjadi hubungan  antar pribadi.
  2. Uncertainty avoidance, persetujuan masyarakat terhadap ancaman, situasi ragu-ragu dan dan kepercayaan pada institusi yang membantu mereka menghindari ketidak pastian.
  3. Masculinity / feminimity, peran jenis kelamin sangat menentukan tentang perilaku pria dan wanita yang dapat diterima.
  4. Individualism, nilai-nilai budaya sejahtera individu versus kelompok. Terdiri atas dua yaitu
  5. Collectivism culture, orang-orang yang menjadi anggota kelompok bekerjasama untuk mencapai tujuan.
  6. Individualism culture, tujuan individu lebih penting.

Bagaimana pergerakan budaya memberikan arti bagi kehidupan melalui produk yang digunakan setiap hari dan bagaimana arti pergerakan ini terhadap sebuah masyarakat konsumer.  





0 comments:

Post a Comment