Menentukan Efisiensi Energi

1. Efisiensi Thermis 


Perbandingan antara energi yang dihasilkan dan energi yang dimasukkan pada proses pembakaran bahan bakar disebut efisiensi thermis rem (brake thermal efficiency) dan ditentukan sebagai berikut ; 

..................................... (2.8) 

Dimana : 

H = nilai kalor untuk bahan bakar 

SFC = konsumsi bahan bakar sfesifik 

(sumber : Soenarto & Furuhama, 1995) 

Nilai kalor mempunyai hubungan dengan berat jenis. Pada umumnya semakin tinggi berat jenis maka semakin rendah nilai kalornya (Kiyaku & Murdhana, 1998). 


Besar efisiensi thermis () bervariasi tergantung dari tipe motor dan cara pengoperasiannya. Angka ini akan naik sampai 84 % untuk motor diesel dengan putaran rendah, sedang pada motor diesel biasanya 34 – 50 %, motor otto 25 – 33%, pada motor dua langkah maka akan semakin turun lagi (Soenarta &Furuhama, 1995). 


2. Konsumsi Bahan Bakar 


Besar pemakaian bahan bakar spesific (SFC) ditentukan dalam g/PSh atau g/kWh dan umum digunakan daripada ηbt. Besar nilai SFC adalah kebalikan dari pada ηbt. Penggunaan bahan bakar dalam gram / jam Ne dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut : 


........................................... (2.9) 

Dimana : 

SFC = konsumsi bahan bakar sfesifik (kg/kWh) 

P = daya mesin (kW) 

Sedangkan nilai mf dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut : 

................................. (2.10) 

Dimana : 

b = volume 3 buret (cc) 

t = waktu (detik) 

ρbb = berat jenis bahan bakar (kg / 1) 

mf = adalah penggunaan bahan bakar per jam pada kondisi tertentu 

(Soenarta & Furuhama, 1995) 

Nilai kalor mempunyai hubungan berat jenis pada umumnya semakin tinggi berat jenis maka semakin rendah kalornya. Pembakaran dapat berlangsung dengan sempurna, tetapi juga dapat tidak sempurna. Jika bahan bakar tidak mengandung bahan-bahan yang tidak dapat terbakar, maka pembakaran akan sempurna sehingga hasil pembakaran berupa gas pembakaran saja. 

Panas yang keluar dari pembakaran didalam silinder, motor akan memanaskan gas pembakaran sedemikian tinggi, sehingga gas-gas itu memperoleh tekanan yang lebih tinggi pula. Tetapi bilamana bahan bakar tidak terbakar dengan sempurna, sebagian bahan bakar itu akan tersisa. Maka akan terjadi selain gas-gas pembakaran, juga sisa-sisa pembakaran yang lama, apabila dibiarkan lama kelamaan akan menjadi liat bahkan menjadi keras. Akibat yang demikian, maka panas yang terjadi tidak banyak, sehingga suhu dari gas pembakaran turun dan tekanan gas akan turun pula. 

Jadi dapat disimpulkan bahwa pembakaran yang kurang sempurna dapat berakibat : 
  1. Kerugian panas dalam motor jadi besar, sehingga efisiensi motor menjadi turun. Usaha dari motor turun pula pada penggunaan bahan bakar yang tetap. 
  2. Sisa pembakaran terdapat pula pada lubang pembuangan antara katup dan dudukannya, terutama pada katup buang sehingga katup tidak dapat menutup dengan rapat. 
  3. Sisa pembakaran yang telah menjadi keras yang melekat antara torak dan dinding silinder menghalangi pelumasan, sehingga torak dan silinder mudah aus.


0 comments:

Post a Comment