1. Menjamurnya sejumlah pesaing baru
Dengan globalisasi yang melanda semua negara di dunia,
perusahaan-perusahaan memasuki
lingkungan bisnis yang berbeda dengan yang sebelumnya. Pesaing bisnis datang
tidak hanya dari lingkungan domestik, tetapi juga dari mancanegara yang membawa
teknologi kerja dan proses kerja mutakhir. Bisnis eceran di Indonesia makin
diramaikan oleh kehadiran pebisnis internasional seperti Sogo, Carefour; bisnis
fast-food domestik mulai bersaing dengan Kentucy, McDonald; demikian pula
pabrik sepatu lokal bersaing dengan Nike, Adidas. Dengan demikian arus
globalisasi berdampak terhadap jumlah pesaing.
2. Tekanan-tekanan untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas
Pesaing tidak hanya bertambah jumlahnya, melainkan juga mutunya.
Perusahaan yang baru muncul, tidak sekedar muncul melainkan muncul dengan
produk yang bermutu lebih baik dan harga yang lebih bersaing. Strategi bisnis
yang mereka lakukan seringkali mengejutkan pebisnis lama. Kreatif, inovatif,
dan atraktif.
3. Kesempatan-kesempatan baru
Adanya pasar bebas dan mobilitas modal, informasi, maka dimungkinkan
munculnya gagasan-gagasan baru yang dapat terealisasikan. Hambatan-hambatan
perdagangan yang berkurang meningkatkan kegairahan berusaha. Kalaupun gagasan
tersebut sulit direalisasikan sendiri, maka kesempatan beraliansi dengan pihak
lain terbuka. Demikian pula kesempatan memperoleh modal usaha.
4. Deregulasi
Menjadi lebih baik, lebih cepat, lebih kompetitif, merupakan hal yang semakin penting. Hal ini
dimungkinkan karena regulasi-regulasi yang sebelumnya ada, dikurangi atau bahkan
dihapuskan. Deregulasi dalam bidang perbankan, telekomunikasi, penerbangan, dan
lain sebagainya. Contoh yang bisa diambil antara lain yang terjadi di Amerika
Serikat dan di negara industri lainnya seperri Jepang, Eropah, dan Prancis.
Mulai dari industri penerbangan sampai perbankan, agar berdaya saing secara
nasional dan internasional, pemerintah di negara-negara tersebut mencabut
proteksi dan aturan tarif.
5. Keragaman Tenaga Kerja
Komposisi tenaga kerja bisa sangat beragam. Etnik, kebangsaan, kelamin,
keakhlian, pendidikan, nilai kerja, agama, dan lain sebagainya. Pada tahun 2003
di mana AFTA akan mulai diaktifkan, sudah bisa diduga bahwa banyak tenaga akhli
asing yang akan bekerja di Indonesia. Demikian pula akibat perkembangan
teknologi kerja, makin bertambah pekerjaan yang diambil alih oleh wanita/pria,
dan makin banyaknya pasangan suami istri yang bekerja
6. Sistem Sosial, Politik, Hukum Baru
Sistem perdagangan bebas menuntut pula pemerintahan yang demokratis,
pematuhan terhadap HAM, persamaan hak, aliansi perdagangan, tekanan serikat
pekerja internasional. Pemerintahan harus dikelola dengan benar dan bersih (good
governance dan clean government).
Tanda-tanda era globalisasi atau
pasar bebas beserta teknologinya dapat dilihat dari adanya
kecenderungan-kecenderungan yang terjadi, antara lain :
Investasi : tidak mengenal batas
negara maupun hambatan geographis; lebih dipacu oleh mutu dan kesempatan yang
ada/ditawarkan; sebagian besar oleh swasta
Badan Usaha : cepat dan penuh tanggap
terhadap pasar maupun konsumen; bisnis lebih terfokus; berorientasi global;
lebih berbasis pada pengetahuan; ramping dan nirbatas (borderless); multi
sourcing dan aliansi; tergabung dalam jaringan informasi bisnis global.
Proses Teknologi : berbasis pada
cabang/agen; tidak terpusat; mengorganisir sendiri; manufaktur di lokasi jual;
makin menggunakan teknologi cerdas; adanya standar global (ISO); teknologi
baru, aman dan bersih.
Produk : makin ringan namun kuat,
bersih, lebih pintar, daur hidup pendek; dapat didaur ulang; komponen bekas
dapat dipakai lagi; ramah lingkungan; dimensinya semakin kecil; hemat energi.
Pasar/Konsumen : makin berorientasi
pada produk global; kompetitif dalam mutu; harga; purna jual; pelayanan
Who Wins & Who Loses ?
Judul di atas diambil dari sebuah situs yang ramai mendiskusikan persoalan
ekonomi global. Apakah ada pemenang dan pecundang ?. Walau pertanyaan tersebut
tampak sederhana, jawabannya masih belum mampu diungkapkan dalam
pelajaran-pelajaran ekonomi global. Globalisasi mendesentralisasikan tenaga
kerja, menjaga harga tetap murah, dan upah buruh rendah. Perusahaan-perusahaan
di Amerika Serikat mengambil manfaat dari situasi semacam itu, karena mereka
mampu memproduksi barang-barangnya dengan biaya rendah di negara lain. Bangsa
Amerika juga menikmati harga pakaian dan kebutuhan lain yang murah karena
anggota dari negara berkembang memberikan upah rendah kepada pekerjanya agar
mampu mengekspor barangnya ke Amerika. Kapitalis berhasil mencapai tujuannya,
yaitu memaksimalkan keuntungan. Kini, makin banyak bangsa Amerika yang mulai
mempertanyakan etika situasi tersebut, lalu mereka meminta agar negara
berkembang memperbaiki kondisi HAM-nya. Sudah tentu, kita tidak bisa lagi
melihat pada entitas nasional untuk menemukan para “pemenang” dan “pecundang”.
Dalam dunia global pecundang tersebar di mana-mana, termasuk juga pemenang.
Dalam ekonomi global yang ideal, di mana ada isu global yang standar seperti
upah, peraturan tentang lingkungan, maka setiap orang seharusnya menjadi
pemenang.
0 comments:
Post a Comment